Lihat ke Halaman Asli

HENDRA SUGIANTORO

Pena Profetik

Tulisan Ilmiah Perdana Seorang Hatta

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1290183590149902286

Oleh: HENDRA SUGIANTORO

Mohammad Hatta. Ia adalah wakil presiden pertama Republik Indonesia. Sebagai sosok yang lahir di era pergerakan nasional, Hatta turut menjadi "sang penyulut". Pemikiran dan perbuatan Hatta sebelum Indonesia merdeka dan saat Indonesia merdeka telah tercatat dalam lembaran sejarah. Dibandingkan Sukarno, Hatta bisa dikatakan sepi dari kontroversi. Banyak hal bisa diungkap dari seorang Hatta, salah satunya adalah riwayat kepenulisan laki-laki kelahiran Bukit Tinggi, Sumatera Barat, ini.

Hampir menjadi pengetahuan umum, tulisan pertama Hatta berjudul Namaku Hindania!. Tulisan itu dimuat di majalah Jong Sumatera sekitar tahun 1920. Beberapa catatan sejarah menyebut demikian, meskipun tak menutup kemungkinan untuk ditelusuri lebih lanjut. Banyak tulisan-tulisan yang telah digoreskan Hatta. Ketika kuliah di negeri Belanda, Hatta memasuki organisasi Indische Vereeniging-yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging, lalu berubah lagi namanya menjadi Perhimpunan Indonesia. Dalam organisasi itu, Hatta turut mengelola sebuah surat kabar yang diberi nama Hindia Poetra.

Lewat Hindia Poetra, Hatta menumpahkan pemikiran-pemikirannya. Tulisan berjudul De economische positie van den Indonesischen grondverhuurder (Kedudukan ekonomi para penyewa tanah orang Indonesia) dan Eenige aantekeningen betreffende de grondhuur-ordonnantie in Indonesi (Beberapa catatan tentang ordonansi penyewaan tanah di Indonesia) dikatakan Hatta merupakan dua tulisan pertamanya di Hindia Poetra. Dua tulisan pertama ini juga menjadi tulisan ilmiah pertama Hatta dalam dunia kepenulisan. Berikut pengakuan Hatta, "Itulah permulaan aku membuat tulisan ilmiah, tulisanku pertama dalam Hindia Poetra. Sekalipun pengetahuanku belum banyak tentang ekonomi, aku berusaha sedapat-dapatnya buah tanganku berdasarkan ilmiah."

Dilihat dari penuturan Hatta, ia memang berjuang serius untuk dapat menyelesaikan dua tulisan di atas. Topik penyewaan tanah yang diambil Hatta memang lagi menjadi isu hangat di Hindia Belanda (sebelum bernama Indonesia) ketika itu. Hatta berkata, "Lama juga waktu yang kupergunakan untuk mengarang dua karangan (itu). Kalau aku tak salah, kira-kira enam bulan. Sambil belajar aku mengarang dan sedapat-dapatnya membaca pula buku yang dapat aku pergunakan sebagai bahan atau dasar."

Enam bulan, kata Hatta, untuk menyelesaikan dua tulisan di atas untuk dimuat di Hindia Poetra! Hatta memang membuat dua tulisan itu tak main-main. Banyak buku yang digunakan sebagai rujukan, salah satunya adalah buku karya E von Bohm Bawerk berjudul Kapital und Kapitalzins (Modal dan Bunga Modal). Dengan menulis disertai membaca berbagai literatur, Hatta belajar banyak hal. Dua tulisan-yang dikatakan Hatta pertamakalinya ilmiah-itu menjadi spirit Hatta menghasilkan tulisan lebih lanjut. "Lambat laun itu menjadi kebiasaanku. Aku memperoleh dasar ilmiah bagi buah tanganku dan pengetahuanku bertambah dalam dan luas," tutur Hatta.

Fakta seorang Hatta dengan tulisan ilmiah perdananya bisa dibaca dalam berbagai literatur. Hendra Sugiantoro mengungkapkan fakta di atas berdasarkan tulisan Parakitri T Simbolon berjudul Hatta-Sukarno Dua Versi Indonesia yang pernah dimuat di Kompas, Sabtu, 1 Januari 2000. Tulisan ini ditambah berbagai tulisan lainnya tentang Bung Karno dari para penulis yang berbeda dibukukan dalam Bung Karno di Antara Saksi dan Peristiwa. Buku berisi kumpulan tulisan ini dicetak pertama kali pada Maret 2009, diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas.

Kisah Hatta dan tulisan ilmiah perdananya menarik bukan? Wallahu a'lam.

HENDRA SUGIANTORO




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline