Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Edi Prianto

👨‍🎓 Social Welfare Science

Tidak Semua Rumah Berbentuk Bangunan, Teman yang Mendengarkan Kita Bercerita Juga adalah "Rumah"

Diperbarui: 2 September 2024   14:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Image : freepik.com/katemangostar

Masalah demi masalah yang datang kepada diri seseorang, akan menjadi luka emosional yang sangat membekas bagi mental kita. Kemudian, masalah tersebut akan menjadi beban pikiran yang akan terus menghantui dimanapun dan kapanpun kita melangkah. Kita mungkin tidak bisa mengatasi masalahnya itu sendiri, maka terkadang kita memerlukan rumah untuk mengobatinya.

Apakah rumah yang tepat itu berbentuk bangunan? tidak selamanya. Seseorang yang memendam segala masalahnya sendirian, justru akan memnciptakan berbagai masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, kita membutuhkan orang-orang yang dapat dipercaya dan dicintai.  Kita membutuhkan orang-orang yang akan di tuju ketika terdapat sesuatu hal penting yang membebani pikiran dan mental kita.

Tempat curhat, tempat berkompromi, dan tempat melampiaskan segala bentuk perasaan yang terpendam dalam diri kita. Ya, teman yang mendengarkan kita bercerita dan melampiaskan segala bentuk perasaan dalam diri kita juga merupakan "Rumah". Bukan tanpa sebab, karena kehadiran dan peran mereka sebagai orang kepercayaan sering kali dianggap sebagai salah satu kontribusi paling signifikan bagi kehidupan kita.

Teman yang kita percayai adalah rumah, dimana kita saling melengkapi, dan saling menghargai perasaan satu sama lain. Teman juga menjadi tempat berdiskusi, ketika kita ingin mendengar perspektif yang belum pernah kita dengar sepanjang hidup. Terkadang, teman kita membicarakan sesuatu yang dapat membuat kita melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda dan membantu kita menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi.

Manusia, sering kali mendambakan kedekatannya dengan orang lain atau temannya dan berbagi perasaan membantu. Maka ketika kita membagikan kisah sedih, maka mereka akan membantu menghilangkan kesedihan kita dan berbagi kegembiraan bersama. Sebaliknya jika teman kita merasakan kesedihan, kita juga bisa membagikan kegembiraan kita. Terkadang kita merasa sendirian di dunia ini. Namun ketika kita terbuka, kita menyadari bahwa kita sebenarnya tidak sendirian.

Berbagi Cerita dengan Teman

Berbagi cerita membantu kita melepaskan emosi yang terpendam di dalam diri kita. Hal ini memungkinkan kita untuk membicarakan situasi yang dapat menghasilkan pikiran yang lebih jernih. Berbagi cerita dengan teman yang kita percayai juga membantu orang lain memahami kita dengan lebih baik.

Sekalipun tidak ada solusi langsung terhadap apa yang kita rasakan, dengan berbagi cerita pada teman yang kita cintai dan percayai akan memberikan perasaan lega pada diri kita, hal ini terjadi karena bantuan dari teman yang mengerti permasalahan kita dapat memberi kita kelegaan psikologis sebab perasaan emosional kita tidak terkubur jauh di dalam diri kita.

Mengunci dan menyembunyikan beban pikiran untuk diri kita sendiri, tidak akan menyebabkan kita  menemukan apa yang sebenarnya kita rasakan dan orang lain atau teman kita juga tidak akan bisa mengetahuinya. Namun, dengan membuat orang lain atau teman memahami perasaan kita, hal ini membantu kita dalam menghubungkan sebuah komunikasi. Apalagi dalam suatu hubungan yang baik, pasti terdapat hubungan yang terbuka dan komunikatif untuk memahami sinyal dan membentuk ikatan yang lebih kuat.

Menutup diri dari dunia hanya akan membuat kita merasa lebih terisolasi dari lingkungan sekitar, sebaliknya dengan berbagi cerita dapat membantu kita melepaskan segala kecemasan yang mungkin kita alami. Diam bukanlah solusi, beban pikiran yang sedang kita pikul adalah masalah yang harus segera kita atasi.

Pada titik tertentu dalam sebuah kehidupan, kita perlu memercayai seseorang meskipun kita pernah terluka di masa lalu. Bercerita atau curhat pada seseorang teman yang kita percayai membawa banyak kelegaan dan dapat mengurangi stres kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline