Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Edi Prianto

👨‍🎓 Social Welfare Science

Ragu-ragu Mengambil Keputusan, Lebih Baik Kembali

Diperbarui: 18 Mei 2024   00:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pilihan keputusan.(PIXABAY/RAMDLON)

Pernahkah kamu ragu-ragu? 

Benar-benar ragu untuk mementukan langkah dalam sebuah fase dalam hidupmu. Atau kamu pernah bingung menentukan sebuah keputusan dari dirimu? "lebih baik aku lanjut apa kembali ya?", "gas aja atau skip aja nih, aduh bingung dan takut banget?", "maju takut salah, mundur takut kecewa, pusing banget!!!" Ya, tidak dipungkiri bahwa rasa ragu-ragu telah membawa kita pada pilihan yang penuh cobaan. Ada yang takut keputusannya gagal, takut keputusannya keliru, hingga takut keputusannya tidak sesuai harapan.

Wajar, sebagian dari orang pasti berpikir mengenai apa resiko yang akan dialaminya kedepan. Ada banyak hal yang akan melukai mental ketika kamu tidak siap untuk menghadapinya, keputusasaan, ketidakberdayaan, penyesalan yang berlarut-larut, kekecewaan, depresi, stress, dan kecemasan yang akan terus melekat dalam diri. Hal ini menggambarkan bahwa keraguan bukan hanya menyerang pikiran kamu, melainkan juga bisa menyerang kondisi mental kamu.

Keraguan kita adalah masalah besar dalam hidup kita, keraguan membuat kita kehilangan hal baik yang mungkin dapat kita peroleh karena takut untuk mencoba dan menjalaninya. Mau bagaimana lagi, kita tidak pernah tahu bila ragu-ragu mungkin saja adalah sebuah reflek alami dari kita yang merasa bahwa keadaan kita tidak aman. Tetapi seringkali keraguan mendatangkan suara bujukan yang menghalangi kita untuk melakukan yang terbaik.

Kecenderungan untuk meragukan kompetensi, dan nilai pada diri kita sendiri adalah hal yang dapat melemahkan mental kita. Kemudian, timbullah rasa ketidakpastian mengenai satu atau berbagai aspek dalam dirinya yang membuat kesehatan mental kita goyah. Dan pada akhirnya yang muncul dalam pikiran kita hanya ada kalimat "aku tidak cukup baik","aku tidak mampu melakukan hal itu", sampai "pasti gagal lagi, aku benci gagal".

Kita terkadang memang sangat khawatir jika dihadapkan dalam sebuah pilihan atau keputusan, karena hasilnya hanya ada 2 (dua) hal yaitu hasil negatif dan hasil positif. Akan tetapi, alarm tidak aman manusia pasti selalu memikirkan hasil negatif. Terlepas dari mana datangnya keraguan pada diri sendiri, perasaan negatiflah yang berdampak pada bidang kehidupan lainnya.

Sumber Image: pexels.com/emre keshavarz

Dari Mana Munculnya Keraguan?

Pertama, Peristiwa Traumatis

Keraguan bisa muncul dari pengalaman dan peristiwa traumatis pada masa lalu kita, sebagai suatu luka batin yang melekat sejak kita kecil hingga tumbuh dewasa. 

Peristiwa traumatis terkadang tidak memiliki tanda yang terlihat mencolok, tetapi sangat serius menyebabkan reaksi emosional yang sangat besar dampaknya.

Peristiwa traumatis menuntun kita untuk takut mendapatkan resiko dan reaksi serupa dengan yang sebelumnya pernah kita rasakan, takut dihakimi, takut dihujat, takut mengecewakan orang lain, hingga munculnya rasa kecemasan yang intens.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline