Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Deny Sinambela

KKN DR 86 UINSU

Menjungkirbalikkan Budaya Instan

Diperbarui: 7 Agustus 2020   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kini budaya instan membuat banyak orang melupakan makna dari sebuah proses. Orang-orang dipaksa menerima kenyataan bahwa dunia ini baik-baik saja. 

Segala kecepatan, kenyamanan, dan asyiknya hidup sepenuhnya dianggap baik, tanpa ada yang salah sehingga mempengaruhi pola pikir dan perilaku orang-orang di zaman sekarang ini khususnya generasi millenial.

Instan, semua orang pasti pernah mendengar dan mengenalnya bahkan sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Berbicara tentang instan, timbul dalam benak kita akan sesuatu yang serba cepat selesai, siap saji, tidak ribet, mudah dan tidak harus menunggu lama-lama.

Istilah budaya instan ini muncul untuk memberi nama gejala yang berkembang khusus nya orang-orang yang tinggal di perkotaan dengan menginginkan segala sesuatu secara cepat dan praktis, tanpa mau bersusah payah.  

Budaya instan yang intinya memanjakan manusia inilah yang barangkali ikut mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya generasi yang manja. Seperti  pelajar zaman sekarang tugas yang diberikan oleh guru ataupun dosen tinggal buka mbah google, copy-paste saja tinggal leyeh-leyeh , sangat instan bukan?.

Banyak dikalangan kita sekarang ini tidak berpikir panjang mengenai hadirnya teknologi yang semakin canggih ini, maunya tinggal memakai dan menikmati nya saja. 

Tidak ada rasa ingin tahu, seperti kehadiran sebuah HP banyak yang menggunakannya tanpa mengatahui kenapa sih HP bisa mengeluarkan suara? Mengirim pesan serta merekam gambar alat apa saja sih yang digunakan?, siapakah yang mengatur sinyal?

Padahal kalau kita pikir-pikir rasa ingin tahu yang lebih dalam lagi dapat membantu kita memahami bahwa kemudahan fasilitas itu memerlukan proses tidak dengan instan.  

Dukungan dan harapan seseorang memang sangat mungkin dipengaruhi oleh orang-orang lain di lingkungannya. Tetapi, sampai saat ini generasi sekarang banyak berfikiran ketika sesuatu itu telah menjadi hasil, tanpa mengintip proses dari hasil yang telah dipaparkan, artinya bahwa perjuangan itu tidak pernah dianggap dalam menciptakan sebuah hasil yang disajikan. Mau sampai kapan  kebiasaan ini terus-menerus mengalir tanpa ada perubahan untuk berubah.

Mungkin jika terjadi pemadaman listrik yang berkepanjangan seminggu bahkan berbulan-bulan di negara kita saat ini, betapa paniknya kita semua apalagi kita yang selalu bergantung pada peralatan yang ada di rumah dan segala jenis kebutuhannya tergantung pada listrik. 

Mulai dari pengolahan makanan, air minum, strika, mesin cuci, komputer, internet, HP, dan masih banyak lagi. Dan ketika merasakan hal ini serasa merasakan tidak merdekanya hidup kita tanpa listrik. Seolah-oleh sangat bergantung kepada hal hal tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline