Lihat ke Halaman Asli

Monolog

Diperbarui: 10 Agustus 2022   19:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pribadi

Pagi ini aku sedih melihat tawanya,
Tawanya seperti ringisan tangis,
Yang larut diantara wahana ceria,
Dalam suasana yang bengis.

Padahal langit itu dendam,
Pada mulut tajamnya,
Bagaimana mungkin dia bahagia,
Diatas langit yang sedang merana.

Haruskah kami ikut bahagia?
Atau kami harus menegur tangis nya?
Lekas sembuh sayang. Aku rindu,
Kepada sikap manismu.

Ingin rasa nya aku pergi,
Dari perasaan yang tak kunjung usai.
Dan Ingin sekali aku lepas,
Dari tubuh yang selalu ingin pergi.

Kamis, 2 agustus 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline