Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Yusuf

Jurnalis

Pendakwah Dadakan

Diperbarui: 7 Juli 2017   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 

Dimasa lampau kita mengetahui suatu info agama hanya dari mulut ke mulut bersumber dari buku/kitab kadang kita tak tahu asal muasal kitab itu karena kita lebih asik mendengar daripada membaca kitab yang memang susah didapat dan mahal harganya. Bukan mustahil pula akhirnya kita lebih menghargai si pembawa informasi ketimbang si pengarang buku itu.

Pada masa itu seorang pemuka agama pendeta maupun ustad seolah wajib kita percayai sebagai pembawa berita dari al kitab, tak heran gereja jauh dimasa lampau melarang jemaatnya meterjemahkan isi Bibel dan dikalangang umat Islam seolah tulisan arab merupakan suatu yang sakral.

Seiring kemajuan teknologi pemikiran manusia mulai berubah. Kitab yang dulu kita anggap sakral sekarang bebas kita bawa kemana kita mau, kadang menjadi satu dengan gambar porno karena semua bersatu dalam satu media cangih bernama gadged dan gadged ini mungkin kita bawa ke dalam tempat ibadah.

Seiring itu pula banyak pengetahuan agama yang mudah kita dapat. Ahirnya banyak bermunculan pendakwah dadakan yang sumber ilmunya diambil dari searching di google.Sudah pasti mencari ilmu agama dimanpa saja tak dilarang tapi perlu kita waspadai ilmu yang kita dapat dari google itu bukan semua benar karena sipemasok ilmu itu juga manusia yang punya banyak kepentingan yang kadang selain kepentingan dakwah kadang ada kepentingan bisnis, bahkan politik.

Kita mulai lupa ilmu agama yang kita ambil di sosmed (sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu) juga hanya merupakan asumsi dalam menafsirkan suatu ayat oleh seseorang yang belum pasti kebenarannya.Sama seperti jaman saat awal infotmasi dikuasai oleh koran atau majalah, seolah saat itu kita yakin yang kita baca adalah kebenaran, begitu juga saat ini masih banyak yang menganggap berita tulisan atau video dari internet adalah sesuatu yang pasti benar adanya.

Mungkin ini adalah kesalahan kita yang tarlalu asik dengan kecangihan tehnologi tanpa pernah dibekali ilmu dasar. Sebagai contoh seorang dengan gamblang menerangkan suatu ayat dalam al kitab bukan mustahil dia akan berani berdebat dengan seseorang padahal hanya baru beberapa menit yang lalu dia search di google dan dia tak sekalipun pernah membaca al kitab. Artinya sesrorang yang seolah berpengetahuan luas dalam hal agama itu tidak harus kita percayai sebelum seorang benar-benar ahli yang menerangkan.

Sebagai orang yang hidup dimasa kemajuan informatika sewajarnya kita memanfaatkan internet sebagai alat penggali ilmu. Dan seiring kemajuan informasi seharusnya pola fikir kita akan ikut berubah. Al kitab yang dulunya  bertulisan arab dan bahasa arab perlahan kita akan mentranslet dalam Bahasa Indonesia agar berita dan ilmu agama yang ada didalamnya dapat kita pahami

Dengan demikian kita tak harus mengikuti tafsiran-tafsiran dari seseorang tapi kita bisa memilah yang mana tafsiran yang berdasarkan sebuah sumber al kitab yang mana yang hanya hasil ansumsi semata. Dalam hal ini tentu kita tidak serta merta menafsirkan ilmu agama yang ada dalam kitab secara brutal tapi perlu juga referensi dari sumber yang terbukti dapat dipercaya.

Dimanakah sumber yang terpercaya itu ? Ya tetap juga kita harus selusuri di alat pencari di google sebagai sumber pencarian yang cepat hingga pada ahirnya kita bisa memanfaatkan kemajuan lnformatika dalam pencarian kebenaran ***

Toboali, 02 Juli 2017

 Ahmad Yusuf Ariffien

  

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline