Lihat ke Halaman Asli

Berkarya dan Berjuang di Pertamina

Diperbarui: 31 Desember 2015   08:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak terasa Agustus 2015 lalu telah diperingati HUT RI ke -70. Saat ini ketika kemerdakaan sudah dalam genggaman lantas apa tugas sebagai putra-putri bangsa, maka jawabannya tentu mengisi kemerdekaan dengan berkarya yang bermanfaat untuk bangsa. Bagaimana caranya, maka jawabannya di Pertamiana karya dan perjuangan itu dilakukan. Kok bisa?

Sejarah Mengisi Kemerdekaan di Pertamina

Mengisi kemerdekaan terjadi seantero negeri. Awal kemerdekaan yang harus dicari adalah dana untuk membangun negeri Indonesia yang luas ini. Maka dibentuklah Pertamina pada tahun 1957 dengan visi sebagai alat negara secara ekonomi maupun visi agar bangsa Indoneisa maju dalam teknologi. Sungguh, terutama teknologi pengolahan minyak bumi yang merupakan sumber energi utama untuk industri dan masyarakat. Dirut Pertamina Ibnu Soetowo (1957-1976)  telah memikirkan jauh kedepan. Maka dengan kepercayaannya ia berani untuk mengakuisisi  kilang Plaju (RU III) pada tahun 1965 dari Shell dan Stanvac Oil meskipun SDM pendukungnya sangat kurang.

Tujuannya bukan hanya bisnis (ekonomi) tapi juga mempercepat alih teknologi. Maka tujuan yang sama, bukan hanya bisnis yang membuat Pertamina RU IV dibangun di Cilacap. Jalur laut yang ganas karena berada di samudera Hindia tentunya anomali dengan kebanyakan industri sejenis yang dibangun di wilayah utara atau dengan medan transportasi laut yang nyaman. Itulah Pertamina, tidak hanya bisnis tapi juga ada perjuangan, berjuang untuk mengembangkan potensi di daerah selatan pulau Jawa. “Di Pertamina justru terjadi kebalikannya. Meski keuntungannya tidak sebesar The Seven Sisters, rasa tanggung jawab Pertamina terhadap masyarakat Indonesia sangat besar.

Pengolahan minyak bumi Pertamina menjadi premium, minyak tanah, solar, avtur dan avigas di Cilacap telah berhasil mendorong perekonomian daerah setempat. Kontribusi Pertamina diperkirakan sebesar 50% dari kegiatan ekonomi di Cilacap. Bila Industri pengolahan kabupaten Cilacap tidak memasukkan unsur minyak Pertamina didalamnya, total PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Cilacap akan menurun drastis (BPS Kab. Cilacap tahun 2005). Salah seorang manajer di RU IV Cilacap mengatakan bahwa tahun 2001 saja 55% PAD Cilacap berasal dari usaha kilang Pertamina” ( Kasali, Rhenald, “Mutasi DNA Powerhouse, Pertamina on the Move hal: 299).

Tanki dan Sejarah Inovasi di RU IV Cilacap

Selain sebagai entitas bisnis, Pertamina juga memegang peranan yang lebih besar dengan dipercayai sebagai PSO (Public Service Obligatiaon) yaitu penyaluran BBM subsidi Premium, kerosene (minyak tanah), Solar. Kerosene adalah saudara kembar dari avtur, susah membedakannya secara visual. Pada tahun berdiri hingga 2006, produk ini menjadi bahan bakar dominan untuk rumah tangga, maka tak heran tankinya segede godzila (32T-101/102/103) yang ada di Refinery Unit IV Cilacap memiliki lifting produk yang cepat.

Dengan tanki segitu besar dan lifting yang cepat tetap saja tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun tanki yang segitu besar sekarang tinggal satu biji yang digunakan, itupun tidak pernah diloading ke kapal. Kebijakan pemerintah untuk mengurangi subsidi minyak tanah digantikan oleh gas untuk rumah tangga serta mengurangi penyelundupan kerosene membuat Pertamina mau tidak mau harus berubah, dengan mengatur unit di Fuel Oil Complex I (FOC I) dan Fuel Oil Complex II (FOC II) yang ada di Refinery Unit Cilacap maka kerosene yang segitu banyak sekarang sudah tidak ada, dialihkan menjadi produk lain misalnya solar. Sebagai orang umum bisa melihat perubahan yang telah terjadi di RU IV lewat riwayat tanki tersebut.

Karya dan Perjuangan Selanjutnya

Selain Premium, Solar dan Avtur pertamina juga memiliki produk andalan yang berhadapan langsung dengan pesaing Perusahaan Oil and Gas Asing  (disingkat POGA, pen) di Dunia, contohnya adalah avtur. Spesifikasi yang begitu ketat, menjadikan produk avtur memliki spesifikasi yang paling ketat. Produk avtur Pertamina juga telah memenuhi standar DEFSTAN-91-91, suatu standar yang dipakai oleh penerbangan di Eropa. Soal kualitas, saya tidak fanatik untuk mengatakan Pertamina yang terbaik, tapi bila objektif maka produk Pertamina tidak kalah dengan produk POGA.  Selanjutnya produk Luba Base yang di produksi Pertamina juga telah memenuhi spesifikasi produk sejenis dari POGA.

Sekali Lagi Berani Berjuang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline