Lihat ke Halaman Asli

iduos

mahasiswa

THR Tukang Parkir dan Mudik

Diperbarui: 4 Mei 2023   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dewasa ini, THR yang diberikan oleh tetangga semakin sedikit. Bahkan tak jarang dari mereka yang tidak memberikan sama sekali dengan dalih bahwa sudah dewasa tidak perlu THR lagi. masalah tersebut mengakibatkan rasa ingin berkunjung ke rumah-rumah pun menjadi turun. Seperti halnya beberapa mahasiswa yang saya wawancarai ini, yang enggan untuk mudik dan memilih menjadi tukang parkir di salah satu mall.

Keuntungan menjadi juru parkir sendiri cukup banyak. Pendapatan yang cukup, waktu kerja yang fleksibel, dan tentu saja, pekerjaannya mudah. Kita hanya perlu menjaga sebuah lahan parkir yang biasanya sudah disediakan. Disana, kita menjaga motor yang terparkir sambil bermain gawai, mengobrol dengan sesama juru parkir sambil menikmati secangkir kopi. Dan hanya perlu membantu mengeluarkan sepeda motor yang terparkir rapi untuk memudahkan pemiliknya.

Dari penuturan mereka, seorang juru parkir biasa menghasilkan Rp4,5 juta sampai Rp7,5 juta dalam sebulan. Walaupun bagi sebagian keluarga di rumah, banyak yang memandang sebelah mata pekerjaan ini. karena menganggap pekerjaan ini tidak bergengsi dan rendahan. Juru parkir juga dianggap remeh karena dianggap pekerjaan yang tidak harus memiliki keterampilan tertentu.

Selain diremehkan pekerjaan juru parkir juga dibenci. Banyak teman saya yang kesusahan ketika ada juru parkir di tempat-tempat yang tidak begitu ramai, seperti kos, warung makan kaki lima, dan teras rumah mereka. Ada pula oknum juru parkir yang ketika seseorang memarkir kan motornya tidak di bantu, dan ketika akan diambil tiba-tiba sang juru parkir datang entah ari mana dengan tangan menengadah. Para oknum seperti inilah yang membuat profesi juru parkir dipandang rendah.

Stigma buruk ini tidak hanya menyasar juru parkir saja. Banyak pekerjaan lain yang selalu menjadi bahan cemoohan sekitar. Sebagai warga negara yang baik, kita tidak boleh memandang pekerjaan orang lain lebih rendah dari kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline