Lihat ke Halaman Asli

Edelweis di Matanya

Diperbarui: 12 Februari 2023   22:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam ini, ketika dingin menyelimuti lereng
Pada sela kabut kau telusuri
Ilalang saling berbisik di belakang
Langkah terhenti di tengah gelap dan terang
Bisakah kita terbebas dari kenang?

Bintang sudah di atas kepala
Rela belum juga siap menerima
Api unggun yang menyala
Tapi sesaat padam
Kala buliran air mata
Menetes di ruang terdalam

Sepertinya angin terlalu jauh membawaku kemari
Atau arus sungai terlalu terjal untuk ku seberangi
Dedaunan menguning
Bunga berguguran
Serbuk tak lekas ditabur

Mendekatlah, kenaliku perlahan
Ketika bahasa tak sampai
Seharusnya kau lebih paham
Tiliklah kelam pupil mataku
Tiada kebohongan jika menyangkutmu

aku adalah Edelweis
Tumbuh mekar di hatimu yang kering

Yang kau cari selama ini
Tak dapat dijumpai di tempat lain
Akan mati jika dipetik
Biarkan tetap di sini
Hidup dengan caranya sendiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline