Investasi adalah strategi keuangan yang bertujuan untuk meningkatkan kekayaan melalui imbalan yang dihasilkan dari aset seperti saham, obligasi, dan properti. Namun, setiap investasi memiliki risiko yang harus dipahami oleh investor.
Imbalan investasi adalah keuntungan yang diperoleh, baik dalam bentuk dividen, bunga, atau kenaikan nilai aset. Sebagai contoh, saham perusahaan teknologi sering memberikan potensi imbalan tinggi karena pertumbuhan yang cepat, meskipun fluktuasinya juga signifikan. Obligasi, di sisi lain, memberikan imbalan stabil tetapi lebih rendah.
Risiko investasi mencakup kemungkinan kerugian atau hasil yang tidak sesuai harapan. Risiko ini terbagi menjadi risiko sistematis (seperti resesi ekonomi) dan risiko non-sistematis (seperti kegagalan perusahaan tertentu). Diversifikasi portofolio adalah salah satu cara untuk mengurangi risiko non-sistematis dengan menyebarkan investasi ke berbagai aset.
Menurut penelitian oleh Sharpe (1994) dalam teori portofolio, hubungan antara imbalan dan risiko bersifat positif. Artinya, semakin besar risiko yang diambil, semakin besar potensi imbalannya, meskipun hasilnya tidak pernah dijamin. Standar deviasi sering digunakan untuk mengukur volatilitas dan risiko portofolio, di mana fluktuasi yang tinggi menunjukkan ketidakpastian yang lebih besar (Markowitz, 1952).
Investor yang bijak harus menilai profil risiko pribadi mereka sebelum berinvestasi. Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi strategi diversifikasi dan pemahaman risiko pasar dapat membantu mencapai hasil optimal. Selain itu, pendekatan yang berbasis data historis dan analisis fundamental meningkatkan pengambilan keputusan investasi yang lebih baik (Sharpe, 1994).
Referensi:
•Markowitz, H. (1952). Portfolio Selection. Journal of Finance.
•Sharpe, W. F. (1994). The Sharpe Ratio. Journal of Portfolio Management.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H