Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Amiruddin

Aku Menulis Maka Aku Ada

Bertemu Pak Beye

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya Pak Beye tiba dengan selamat di Bintara Bekasi, tempat tinggal saya, tanpa PATWAL tapi diantar oleh Bebek Supra Fit kesayangan saya setelah kami bertemu di Trimedia Bookstore. Pak Beye hadir atas prakarsa Wisnu Nugroho atau akrab dipanggil Mas Inu, yang tulisannya di Kompasiana dibuat menjadi buku dan dieditori Jurnalis Senior Kompas Kang Pepih Nugraha. Pak Beye yang datang ke rumah adalah buku pertama Mas Inu dari tetralogi Sisi Lain Beye, seri pertama ini berjudul Pak Beye dan Istananya, dan berturut-turut akan menyusul Pak Beye dan Politiknya, Pak Beye dan Keluarganya, dan Pak Beye dan Kerabatnya. Satu buku lagi adalah tentang Jusuf Kalla berjudul lbhcplbhbq. Semuanya diambil dari tulisan mas inu di social blog Kompasiana yang jumlahnya sampai saat ini sudah mencapai 442 buah.

Mas Inu adalah jurnalis Kompas yang juga blogger di Kompasiana, selain bertugas secara profesional untuk berburu berita, dia melaporkan juga secara sukarela segala hal yang menurutnya tak penting kepada khalayak, khususnya bagi Kompasianer, Mas Inu yang bertugas sebagai Jurnalis Kompas di Istana Kepresidenan dari tahun 2004-2009 merupakan salah satu magnet Kompasiana, beberapa orang memberikan testimoni, alasan awalnya bergabung dengan Kompasiana karena tertarik dengan tulisan Mas Inu. Kata orang Laptop atau PC-nya Mas Inu tidak ada tombol Shift-nya sehingga tak akan ditemukan satu huruf kapitalpun di blognya, tapi mungkin itu bentuk perlawanannya terhadap kemapanan, dan dia tetap konsisten dengan huruf kecilnya. Jumlah tulisannya sudah ratusan, terakhir tercatat di profilnya 442, dengan ribuan komentar yang tentu semakin memperkaya tulisannya. Semboyannya adalah mengabarkan yang tak penting agar yang penting tetap penting “ Bukankah kisah penting selalu bergantung dan terjaga eksistensi kepentingannya pada kisah-kisah tidak penting disekitarnya?” begitu katanya.

Ditengah orang-orang penting yang beredar selama tugasnya di Istana, Mas Inu banyak menemukan “keajaiban-keajaiban”. Informasi ini mungkin tak akan kita ketahui secara luas jika tak disampaikan oleh Mas Inu, hal-hal tak penting seperti besarnya kasur Pak Beye, jenis-jenis kendaraan mewah yang digunakan oleh pejabat, keluarga Presiden maupun tamunya, bahkan patung-patung telanjang yang ditutupi kain di Istana Bogor disarikan ke kita oleh Mas inu lengkap dengan foto-fotonya.

Dari tulisannya kita bisa tahu bahwa presiden juga manusia biasa, kehidupan diluar rutinitasnya sebagai Presiden RI digambarkan oleh Mas Inu dengan dengan cerdas, jenaka, dan kadang-kadang penuh teka-teki.

Mas Inu juga jeli memperhatikan hal-hal kecil yang mungkin dilewatkan oleh jurnalis lain atau orang-orang yang pernah berkunjung di istana, bahkan dalam salah satu tulisannya, ketika Presiden akan memberikan konferensi pers Mas Inu malah hampir ketinggalan berita karena lebih tertarik memperhatikan mobil mewah yang terparkir di istana. Dari tulisannya kita bisa tahu, kalo presiden ternyata penggemar soto ayam, punya tukang pijat yang setia mendampingi ketika dibutuhkan, perbedaan HP pak Beye dan pak JK, atau bagaimana Pak Beye begitu favorit terhadap angka 9. Selain orang penting yang diceritakannya Mas Inu bercerita tentang orang-orang “tak penting” di istana, orang-orang yang dalam buku ini dikategorikan sebagai orang-orang yang terlupakan, salah satu contohnya adalah, Pak Mayar seorang Petani dari Cikeas Udik yang pernah menjadi salah satu daya tarik kampanye pak Beye menjadi presiden di tahun 2004. Sosok lain misalnya diungkapkannya dalam judul Yang Bekerja dalam Senyap di Istana adalah para petugas pengangkat podium garuda dan pelantang. Saya baru tahu kalau ternyata podium itu didatangkan dari Jakarta mengikuti keberangkatan Pak Beye kunjungan ke daerah bahkan sampai di ujung Papua, dan kisah para pengangkat podium ini diceritakan dengan penuh empati oleh Mas Inu.

Selalu ada banyak hal baru yang akan kita temukan ketika membaca tulisan Mas Inu, termasuk bagaimana prosesi pengambilan gambar dilakukan ketika pak Beye akan melakukan konferensi pers, dengan membaca bukunya anda akan mengerti seperti apa di balik layar sebelum kita saksikan di TV maupun baca di media massa. Mungkin tidak akan ada nilai beritanya jika sebuah konferensi pers gagal dilaksanakan karena artinya tak ada hal penting yang bisa diberitakan dan Mas Inu justru menginformasikan banyak hal dibalik itu, tentu  tidak melalui tulisannya yang tidak diberitakan di Kompas.com tapi melalui tulisannya diblog dan dibukunya tentunya.

Banyak orang murah hati didunia ini, bagi anda yang menyangsikannya anda mungkin harus berkenalan dengan Mas Inu. Kemurahan hati Mas Inu tidak hanya dirasakan oleh saya, tapi oleh banyak orang yang pernah membaca tulisannya di kompasiana, anda boleh tak setuju, tapi ada baiknya mengecek tulisannya, mungkin anda akan berubah pikiran, jika tidakpun tak apa-apa juga, Mas Inu saja mungkin tak setuju dengan apa yang saya katakan. Bukan hanya karena saya pernah dikirimi baju kaos gratis dari mas inu saya mengatakan dia murah hati, tapi juga karena begitu banyak informasi yang bisa dibagikan ke kita. Selamat membaca. dan mengoleksi .Di Gramedia dan Trimedia Bookstore banyak kok.

Pak Beye, Mbah Surip dan Obama. Ketiganya punya hubungan, temukan di buku Pak Beye dan Istananya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline