Lihat ke Halaman Asli

Pesan Persaudaraan Djarot

Diperbarui: 1 Februari 2017   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Detik.com

Empat bulan terakhir eskalasi politik DKI Jakarta sedang panas-panasnya. Semua ini bukan tanpa sebab, kontestasi Pilkada DKI yang akan berlangsung pada 15 Februari 2017 menyebabkan hal ini terjadi. Pilkada DKI Jakarta diikuti oleh tiga pasangan calon yang sama-sama kuat, punya basis massa dalam jumlah besar. Oleh karena itu kampanye empat bulan terakhir ini menyebabkan kondisi sosial politik di masyarakat memanas.

Calon Wakil Gubernur petahana dan nomor urut 2 DKI Jakarta, Djarot Syaiful Hidayat juga merasakan hal serupa. Akan tetapi meskipun bersaing, Djarot mengatakan dirinya dan pasangannya Basuki Tjahja Purnama tetap berteman baik dengan dua pasangan pesaing mereka Agus-Sylvi dan Anies-Sandi. Karena menurut Djarot persaingan hanya terjadi di dalam Pilkada, di luar itu ketiga pasangan tetap menjalin silahturahim dengan baik.

Ungkapan ini ia sampaikan saat melakukan kampanye di daerah Palmerah, Jakarta Barat. Djarot berjanji ketika ia dan Basuki menang dalam pemungutan suara, mereka akan langsung mengunjungi pasangan calon lain untuk menunjukkan bahwa semua calon yang bersaing di Pilgub DKI adalah bersaudara.

"Kita itu bersaudara. Tentu saja karena paslon 1 dan paslon 3 itu juga teman saya, saudara saya juga," ujar Djarot.

Karena itu, Djarot berharap warga menggunakan hak pilih mereka saat hari pemungutan suara pada 15 Februari 2017. Apa pun hasilnya, Djarot ingin semua pasangan cagub-cawagub menerima dengan lapang dada.

"Berikanlah betul hak penuh kepada warga untuk memilih. Bersaing boleh gitu ya, tapi ketika sudah ada keputusan dari rakyat. Hakimnya itu warga, hakimnya itu rakyat, kalau sudah ada keputusan, mari kita terima dengan lapang dada," tuturnya.

Ucapan Djarot ini memberikan “angin sejuk” kepada para pendukung seluruh pasangan cagub dan cawagub untuk tidak mudah terpancing provokasi yang dapat memecah belah warga DKI Jakarta. Semestinya hal ini bisa kita contoh karena kontestasi Pilkada DKI 2017 tidak boleh menyebabkan masyarakatnya menjadi terpecah belah. Karena pada hakikatnya penyelenggaraan Pilkada seharusnya mempersatukan kita untuk memilih pemimpin yang tepat bagi Jakarta lima tahun kedepan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline