Lihat ke Halaman Asli

ahmad adef

Mahasantri (Mahasiswa Santri) Ponorogo, di salah satu kampus pesantren di Ponorogo

Ramadhan Core: Keseruan War Takjil Lintas Agama

Diperbarui: 17 Maret 2024 Β  10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga Nonis (Non Muslim) ikut Berburu Takjil, Foto by : Elhadif Putra

Bulan Ramadhan, bulan suci umat Islam di seluruh dunia, seringkali diidentikkan dengan semangat berbagi, kepedulian terhadap sesama, dan tentu saja, aroma harum takjil yang menggoda selera. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 183:

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Tradisi berjualan takjil menjelang berbuka puasa bukan hanya sekadar mencari nafkah bagi banyak pedagang, tetapi juga menjadi sarana untuk membantu saudara-saudara Muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa. Hadis dari Nabi Muhammad SAW juga mengingatkan akan pentingnya memberi makan kepada orang yang berpuasa, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

"Barangsiapa yang memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikitpun."

Selain itu, jualan takjil juga menjadi bagian dari tradisi umat islam Indonesia yang patut dilestarikan. Namun, dengan kemajuan teknologi dan popularitas media sosial seperti TikTok, muncul fenomena baru yang cukup menarik " War Takjil Lintas Agama". Orang non-Muslim, atau yang sering disebut "Nonis", mulai berburu takjil jauh sebelum jam berbuka,bahkan sejak jam 3 sore. Hal ini membuat mereka sudah membeli takjil favorit mereka seperti kolak atau es campur sebelum umat Muslim yang sedang berpuasa memiliki kesempatan untuk membelinya.

Fenomena ini pun tak luput dari sorotan TikTok. Seorang pengguna TikTok dengan nama akun "Susianna Jo" menggambarkan situasi tersebut dengan candaan, "Kalian Nonis berburu takjil dari jam 3, orang lagi lemas-lemasnya." Namun, respons tidak lama menunggu, dengan pengguna TikTok lainnya, "IRMA PURBA", yang menyatakan, "Takjil itu hak kita bersama." Dan akhirnya, muncullah istilah baru yang kocak, "Untukmu agamamu, takjilmu takjilku juga", bahkan ada juga tempat jualan takjil yang membatasi pembelian orang Nonis untuk berburu takjil, supaya orang yang berpuasa juga kebagian, namun hal ini tidak mengurangi semangat kaum Nonis untuk berburu takjil, bahkan tak sedikit yang menyamar menjadi muslimah dengan menggenakan Hijab, agar bisa memborong takjil. hal ini mencerminkan semangat kebersamaan namun juga humor dalam menghadapi situasi ini.

Meskipun terdengar lucu dan menghibur, "Perang Takjil lintas Agama" mengingatkan kita akan pentingnya saling menghormati tradisi dan kepercayaan satu sama lain, sambil tetap menjaga semangat kebersamaan dan persaudaraan di tengah perbedaan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surah Al-Hujurat ayat 13:

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal."

Fenomena ini juga menunjukkan betapa kuatnya pengaruh teknologi dan media sosial dalam membentuk interaksi sosial dan budaya kita seta menunjukkan betapa kuatnya Toloeransi Agama yang ada di negara tercinta ini. Jadi, sambil tertawa dan mengikuti tren, mari kita tetap menjaga nilai-nilai kebersamaan dan toleransi dalam menjalani bulan suci Ramadhan, sebagaimana ajaran Islam yang mengajarkan kedamaian dan kasih sayang kepada sesama manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline