Lihat ke Halaman Asli

ahmad adef

Mahasantri (Mahasiswa Santri) Ponorogo, di salah satu kampus pesantren di Ponorogo

Menggungah Kehangatan Tradisi Ramadhan: Bersih-Bersih dan Nyekar di Desa Pagerukir, Ponorogo

Diperbarui: 10 Maret 2024   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

canda tawa masyarakat ketika sedang istirahat (Foto Pribadi)

Karya KKN T 35 UNIDA Gontor Kelompok 29 

Di balik pemandangan indah pegunungan dan sawah yang hijau, terletak sebuah desa yang kaya akan tradisi dan kehangatan, Desa Pagerukir di Ponorogo, Jawa Timur. Saat bulan suci Ramadhan semakin dekat, desa ini dipenuhi dengan gemuruh kebaikan dan keberkahan melalui dua tradisi yang sangat berarti: Bersih-bersih dan Nyekar (Ziarah Kubur). 

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Ar-Rum ayat 21: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."

Bukan sekadar kunjungan rutin, Bersih-bersih dan Nyekar menjadi momen untuk menyatukan jalinan kebersamaan dan spiritualitas yang dalam di antara warga Desa Pagerukir. Kami anggota KKN T35 UNIDA Gontor juga diundang/ diajak oleh masyarakat untuk ikut gotong royong membersihkan kuburan, sebagai bentuk pengabdian secara utuh dan nyata kepada masyarakat sekalian menjadi pengingat akan kematian dalam hidup ini. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Abu Hurairah, "Sesungguhnya, setelah seseorang meninggal dunia, tidak ada lagi yang memberinya amal kebaikan kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih yang mendoakannya."

Di antara sinar matahari senja yang memancar hangat, warga dengan penuh semangat mengambil langkah mereka menuju kuburan, membawa serta pacul, arit, sapu, bunga, kemenyan, dan doa-doa yang dipenuhi kehormatan dan kesungguhan.  Sebagaimana yang tercantum dalam hadis riwayat Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, di antara tanda kebaikan beriman seseorang adalah ketika dia mengingat kematian." Bersamaan dengan nyanyian shalawat yang mengalun indah, serta tak luput deselingin oleh Guyon(candaan), mereka mulai membersihkan makam-makam dari daun kering dan debu yang menumpuk. Ini bukan hanya sekadar tugas, tetapi sebuah wujud nyata dari kepedulian dan penghargaan terhadap tempat suci ini, serta untuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shalih untuknya."

Setiap sapuan sapu dan setiap siraman air menjadi simbol dari ketulusan hati dan terima kasih kepada nenek moyang yang telah tiada. Di tengah keramaian, terciptalah ikatan kebersamaan yang kuat di antara warga, mereka saling berbagi cerita dan tawa, menguatkan persaudaraan yang telah terjalin selama berabad-abad.

Tampak Makam Sebelum dibersihkan (Foto Pribadi)

Namun, tradisi ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menghargai setiap detik yang kita miliki dan menjalani hidup dengan penuh cinta dan kebaikan. Melalui Nyekar dan Bersih-bersih, warga Desa Pagerukir menggugah jiwa untuk menjalani bulan suci Ramadhan dengan hati yang bersih dan jiwa yang tenang.

Sebagaimana yang terdapat dalam hadis riwayat Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, "Jika orang mukmin dikuburkan, dia mendapatkan kenyamanan yang sempurna hingga ke bunyi doa yang diberikan padanya."

Tampak Makam setelah dibersihkan (Foto Pribadi)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline