Lihat ke Halaman Asli

Ahmada

Staf Pengajar

Sunan Jati, Putri Hong dan Puteri Sun

Diperbarui: 12 Januari 2025   17:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ( dokpri)

Pada suatu masa, di tanah yang jauh di Timur, sebuah pertemuan yang tak terduga berlangsung di sebuah istana megah. Di atas sana, di kerajaan yang kaya dan berkuasa, Kaisar Hong memimpin Kekaisaran yang besar. Di tengah kedamaian yang dimiliki, sebuah pertemuan terjadi antara dua dunia yang berbeda---dunia kerajaan besar Tiongkok dan dunia Islam yang berkembang di Nusantara.

Sunan Jati, seorang ulama yang bijaksana dan pendiri Kesultanan yang gemilang penuh rahmat Alloh, telah melakukan perjalanan panjang dari Jawa, Nusantara menuju daratan Tiongkok diujung utara sana. Perjalanannya bukan hanya untuk mempererat hubungan antara kedua kerajaan, tetapi juga untuk membuka jalan bagi penyebaran ajaran Islam di tanah Tiongkok. Dengan darah Arab yang mengalir dalam dirinya, ia membawa pesan damai, cinta, dan pengajaran yang mendalam.

Setibanya di ibukota, Sunan Jati diterima dengan hormat oleh Kaisar Hong, yang melihat potensi besar dalam hubungan diplomatik antara Kekaisaran yang dipimpinnya dan kerajaan-kerajaan Islam di Asia Tenggara. Namun, yang lebih tak terduga adalah undangan untuk bertemu dengan Puteri Sun, istri pangeran zhu , seorang wanita yang dikenal karena kebijaksanaannya.

Puteri Sun, wanita yang tenang dan penuh perhatian, menyambut kedatangan Sunan Jati dengan rasa ingin tahu dan hormat. Ia mendengar banyak tentang kehebatan wali dari Jawa ini---tentang kesabaran dan pengabdiannya terhadap rakyat, serta ajarannya yang membawa kedamaian. Ia penasaran, apakah pria di depannya ini benar-benar seperti yang dikatakan orang-orang.

Dalam sebuah ruang yang dipenuhi oleh keharuman bunga dan angin sejuk dari taman istana, mereka bertemu. Puteri Sun duduk dengan tenang, mengenakan pakaian kerajaan yang anggun, sementara Sunan Jati, dengan pakaian sederhana namun penuh wibawa, berdiri dengan rasa hormat.

"Yang Mulia Puteri...," kata Sunan Jati, suaranya lembut namun penuh kekuatan, "Saya datang untuk mempererat hubungan antara tanah saya, tanah yang penuh dengan kebesaran agama, dan kerajaan Anda yang besar."

Puteri Sun tersenyum, memandang pria yang ada di depannya. "Saya mendengar banyak tentang perjalanan Anda, Sunan. Anda datang dari jauh, membawa ajaran yang penuh dengan damai. Apa yang membuat Anda ingin menyebarkan ajaran ini jauh dari tanah asal Anda?"

Sunan Jati duduk di hadapan Sang Puteri, matanya berbinar dengan keyakinan yang dalam. "Agama, Yang Mulia, bukan hanya sekadar ritual, tetapi cara hidup. Islam mengajarkan kita untuk saling menghormati, menyayangi sesama, dan mencari kedamaian. Saya percaya bahwa kedamaian dapat menyatukan segala perbedaan."

Puteri Sun mendengarkan dengan saksama, terkesan dengan ketenangan dan kebijaksanaan yang terpancar dari kata-kata Sunan. Ia tahu bahwa kedatangan Sunan Jati bukan hanya tentang politik, tetapi tentang sesuatu yang lebih besar---sebuah jembatan untuk perdamaian antarbangsa dan antaragama.

"Apa yang Anda bawa dari tanah Anda," tanya Puteri Sun, "bisa memberikan pengaruh besar pada tanah ini, seperti halnya pada tanah Anda sendiri. Namun, dunia kita penuh dengan perbedaan. Bagaimana kita bisa memastikan bahwa ajaran ini diterima dengan baik di sini?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline