Lihat ke Halaman Asli

Ahmada

Staf Pengajar

Pelarian Sang Ksatria

Diperbarui: 9 Desember 2024   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lambang Kerajaan Majapahit (Sumber:Internet) 

Malam itu, suara seruling angin mendayu di atas benteng Singhasari. Suara peluit penjaga yang berkeliling menciptakan irama sunyi yang penuh ancaman. Di bawah rembulan yang pucat, seorang pemuda berjubah hitam menyelinap melewati bayangan tembok istana. Ia adalah Raden Wijaya, putra Narasinghamurti, menantu dan keponakan Raja Kertanegara, Raja terakhir Kerajaan Singhasari, yang kini harus melarikan diri dari negerinya sendiri.  

Singhasari telah jatuh ke tangan Jayakatwang, adipati Kediri yang memberontak dan merebut takhta. Dalam satu serangan mendadak, pasukan Kediri menyerbu istana dan memaksa Kertanegara kehilangan segalanya—nyawa, kekuasaan, dan kejayaannya. Kini, Raden Wijaya tak punya pilihan selain melarikan diri demi keselamatannya dan harapan membangun kembali kehormatan leluhur.  

Di sudut istana yang nyaris hancur, seorang pelayan tua yang setia, Wirangga, menunggu dengan penuh kecemasan. “Raden, cepatlah! Prajurit Jayakatwang sedang menyisir jalan ini!” bisiknya seraya melambai ke arah lorong kecil yang gelap.  

Raden Wijaya mendekat dengan langkah ringan, matanya penuh tekad. “Aku tak akan meninggalkan Singhasari begitu saja, Wirangga. Ini tanah leluhurku. Jika aku pergi malam ini, aku akan kembali suatu hari nanti.”  

Wirangga menggenggam lengannya. “Raden, kita tak punya waktu untuk janji masa depan. Keselamatan tuanku lebih penting saat ini.”  

***  

Setelah melalui perjalanan melelahkan melewati hutan-hutan lebat dan sungai yang dingin, Raden Wijaya akhirnya tiba di Madura, meminta perlindungan dari Adipati Arya Wiraraja. Sang adipati, yang dikenal bijaksana dan pandai membaca situasi, menerima Raden Wijaya dengan tangan terbuka.  

“Raden,” ujar Arya Wiraraja suatu malam, “bila ingin merebut kembali Singhasari, kau harus pintar menggunakan kekuatan lawan. Sebentar lagi, pasukan Mongol akan tiba untuk menghukum Jayakatwang. Kita bisa memanfaatkan itu.”  

Raden Wijaya terdiam sejenak. Rencana Arya Wiraraja sungguh berani, tetapi juga berbahaya. Namun, ia tak punya pilihan lain. Dengan kecerdikan Arya Wiraraja, ia menawarkan kerja sama dengan pasukan Mongol yang dipimpin oleh Shih Pi dan Ike Mese. Mereka menerima tawaran itu, tanpa tahu bahwa Raden Wijaya berniat untuk mengkhianati mereka begitu Jayakatwang dikalahkan.  

***  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline