Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Zaini

Menulis adalah bekerja untuk keabadian (Pramudya Ananta Toer)

Perayaan HUT RI Kering Nilai

Diperbarui: 1 September 2023   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perayaan HUT-RI Kering Nilai

Kemerdekaan Indonesia telah memasuki tahun ke-78. Artinya bangsa ini telah berada di tahapan usia dewasa. Bangsa ini telah banyak makan garam dalam menghadapi segala persoalan hidup masyarakatnya. Di usia mendekati satu abad ini, secara logika permasalahan sosial, ekonomi, hukum, agama, dan pendidikan telah tertata dengan baik. Nilai-nilai yang muncul di tengah kehidupan telah menancap sangat dalam di semua tingkah dan perilaku masyarakat. Namun, faktanya tidak demikian. Kebobrokan nilai, terutama nilai agama dan pendidikan,semakin merosot. Hal ini terlihat dari setiap kegiatan memperingati HUT ke-78 kemerdekaan bangsa Indonesia.

Kegiatan bertema hari kemerdekaan dapat kita saksikan di seluruh pelosok negeri. Mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi hingga tingkat ibu kota. Tak satu pun warga yang melewatkan kegiatan ini. Semua kompak mengadakan kegiatan dalam bentuk karnaval dan pentas seni.

Euforia kemerdekaan yang dikemas dalam karnaval, menjadi kegiatan wajib di setiap momen Agustusan. Mulai dari perdesaan sampai perkotaan tidak ada yang ketinggalan. Semuanya menyelenggarakan karnaval atau perayaaan (istilah masa kecil penulis).

Ada yang ganjil di setiap pelaksanaan karnaval. Ada yang hilang dari beberapa karnaval yang penulis lihat. Kreativitas warga yang menjunjung nilai-nilai kepahlawanan dalam bentuk tema dan dandanan atau kostum mulai kabur. Bahkan, dapat dikatakan tidak tampak sama sekali. Kafilah atau barisan yang mempertontonkan sejarah masa lalu dan harapan masa depan lebih maju sangat jarang ditemui. Peserta karnaval yang berpakaian tentara dan yang memakai atribut profesi sebagai bukti hidup di negara merdeka dapat dihitung dengan jari. Lebih tepatnya karnaval di tahun 2023 ini tak ubahnya sebagai pesta pora belaka. Jauh dari nilai-nilai kepahlawanan dan kepantasan sebagai orang Indonesia.

Barisan dari warga RT dan RW dalam karnaval agustusan unjuk kebolehan dengan menyajikan tampilan fenomenal. Mereka berebut perhatian dari para penonton karnaval tanpa mempertimbangkan makna dari peringatan hari kemerdekaan. Barisan mengusung sound system berukuran besar. Mereka memutar lagu-lagu beraliran DJ. Para peserta karnaval berjoget bebas di tengah barisan. Bahkan ada peserta yang merpertontonkan goyangan atau jogetan erotis yang tanpa disadari dapat mengundang birahi penontonnya.

Selain jogetan erotis dengan iringan musik DJ, hampir sebagian besar peserta karnaval yang penulis lihat, mereka dalam pengaruh minuman keras. Kesadaran mereka hilang hingga tidak sedikit dari mereka memicu keributan. Ini sesuatu yang ganjil dan tidak wajar dilakukan dalam event memperingati hari kemerdekaan. Jauh dari nilai bersyukur pada Tuhan atas anugerah kemerdekaan.

Selain karnaval, ada beberapa komunitas, instansi pemerintah, dan organisasi masyarakat yang menyelenggarakan peringatan HUT ke-78 Kemerdekaan RI dalam bentuk pementasan. Tidak seperti pementasan saat penulis lihat saat masih kecil, nilai-nilai kepahlawanan dan pendidikan masih sarat. Pembacaan puisi dan pementasan drama bertema perjuangan masih ada.

Berbeda dengan pementasan saat ini. Anak-anak menampilkan gerak dan lagu alias jogetan. Lirik lagunya bukan lagu anak-anak lagi, melainkan lagu dewasa. Lagu tik-tok bernunsa DJ yang sering diputar di tempat-tempat hiburan malam menjadi pengiring jogetannya.

Penampilan anak-anak dibatasi waktu. Apabila sudah larut malam sekitar pukul dua puluh satu, mereka berganti peran menjadi penonton. Penampil berikutnya orang dewasa. Yang ditampilkan orgen tunggal atau electone dengan mendatangkan biduan-biduan dari luar daerah atau luar daerah. Anak-anak disuguhi goyangan erotis para biduan. Ini bukanlah peringatan HUT Kemerdekaan RI lagi, melainkan pengaburan atau dengan kata yang lebih ekstrem lagi penghancuran moral anak-anak.

Peringatan HUT Kemerdekaan hakikatnya adalah ungkapan bersyukur kepada Allah SWT karena anugerah kemerdekaan yang diberikan kepada bangsa Indonesia. Namun, apabila dilakukan dengan cara sebagaimana penulis paparkan di atas, itu bukanlah wujud bersyukur, melainkan kufur nikmat Allah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline