Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Zaini

Menulis adalah bekerja untuk keabadian (Pramudya Ananta Toer)

Pemuda Ideal Era Milenial

Diperbarui: 31 Oktober 2019   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pemuda Ideal Era Milenial

Ahmad Zaini*

Beberapa hari lalu kita telah memperingati hari Sumpah Pemuda. Hari bersejarah buat bangsa ini terutama bagi pemuda. Tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda dari berbagai latar belakang suku, agama, ras, dan golongan berikrar tentang cinta tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia. Sudah 91 tahun usia janji setia yang mereka ikrarkan. Selama itu pula kita telah merasakan peran pemuda dalam memajukan kehidupan berbangsa, bernegara, dan beragama.

Namun, perkembangan pemuda dari generasi ke generasi rupanya telah mengalami perubahan. Terjadi pergeseran budaya, cara pandang, dan sikap antara generasi muda kala itu dengan generasi muda masa kini. Kita dibuat 'gemas' oleh sikap dan perilaku mereka. Kita berharap-harap cemas pada keberadaan pemuda saat ini.

Bangsa ini membutuhkan pemuda yang ideal. Pemuda yang memunyai kualitas tinggi. Pemuda yang mampu mengemban amanat sebagai sosok yang berperan dalam kemajuan dan kemaslahatan ummat.

Selain rasa cinta tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia sebagai wujud rasa nasionalismenya, pemuda juga harus memiliki tiga kualitas lainnya. Yakni, kualitas keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kualitas ilmu pengetahuan dan keterampilan, dan kualitas kasih sayang terhadap sesama.

Kualitas Keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa

Jiwa pemuda yang masih labil perlu distabilkan. Mereka harus menstabilkan diri dengan berusaha meningkatkan kualitas keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tidak bisa dipungkiri pemuda saat ini lebih senang berhura-hura daripada duduk khusuk di tempat-tempat ibadah. Dari pagi sampai malam warung-warung kopi plus wifi di pinggir-pinggir jalan dipenuhi oleh para pemuda yang menyeruput kopi dan bermain game.

Di tempat-tempat ibadah sepi. Di langgar, musalla, masjid, dan tempat ibadah lainnya hanya terlihat beberapa orang saja. Itu pun para orang tua yang ingin mengisi sisa hidupnya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan. Gejala semacam ini menunjukkan nilai ibadah sebagai ukuran kualitas keimanan seseorang pada diri pemuda sangat rendah.

Generasi muda yang hidup di era semacam ini membutuhkan benteng yang kokoh untuk melindungi keyakinannya. Hal ini dikarenakan berbagai godaan datang silih berganti tanpa henti. Jika nilai keimanan pemuda terhadap Tuhan itu rapuh, maka kuguncangan jiwanya yang akan terjadi. Ke mana lagi pemuda itu apabila mengalami keguncangan jiwa?

Banyak dari mereka yang terjerumus pada kemaksiatan dan kemungkaran. Sebagian lagi ada yang terjerumus pada obat-obatan terlarang dan narkotika. Yang lebih membahayakan lagi adalah mereka mudah terpapar paham radikalisme. Paham yang saat ini menjadi musuh utama bangsa ini selain narkoba dan korupsi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline