Lihat ke Halaman Asli

Aku adalah Pemuda Itu

Diperbarui: 22 September 2024   07:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freepik.com/free-ai-image

Malam itu, Yasmin melangkah terburu-buru melewati gang gelap yang menganga, sebuah labirin tanpa cahaya. Hujan mengguyur, menciptakan genangan yang mengkilap di bawah cahaya remang-remang. Jantungnya berdebar, dan saat langkahnya terhenti, dua sosok lelaki muncul dari kegelapan, senyum mereka penuh niat jahat.

"Hey, cantik! Mau ke mana malam-malam begini?" salah satu dari mereka mengejek, langkahnya mendekati Yasmin, menghalangi jalannya.

Yasmin menelan ludah, ketakutan merayap di tubuhnya. Dua preman itu saling bertukar pandang, tawa mereka mengisi udara malam. "Kita cuma ingin berbincang sedikit. Kenapa kau terburu-buru?" tanya yang lain, melangkah lebih dekat.

Yasmin merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia berusaha mundur, tetapi mereka terus mendekat. "Jangan takut, sayang. Kami hanya ingin bersenang-senang," suara salah satu preman penuh ancaman.

Rasa panik menyelimuti Yasmin. Dia tahu harus segera pergi dari tempat itu, namun kaki terasa berat. Dalam kegelapan, dia merindukan cahaya, berharap seseorang datang menyelamatkannya.

Tiba-tiba, dari balik bayangan, seorang pemuda muncul. Tubuhnya tegap, dan tatapannya tajam. "Hei, lepaskan dia!" teriaknya, suaranya menggema penuh keberanian.

Dua preman itu menatap pemuda dengan keraguan, lalu beralih kembali kepada Yasmin. "Kau ini siapa? Mau jadi pahlawan?" salah satu dari mereka merendahkan.

Tanpa ragu, pemuda itu melangkah maju, menghadapi mereka. Sebuah pertarungan tak terelakkan pun terjadi. Yasmin terbelalak, menyaksikan sosok yang berani itu melawan kedua preman. Dengan gerakan cepat, pemuda itu menghindari serangan tangan kasar mereka, membalas dengan pukulan dan tendangan yang membuat lawan-lawan itu terhuyung.

Akhirnya, setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, kedua preman itu melarikan diri, ketakutan menggurat di wajah mereka. Pemuda itu berdiri di tengah gang, nafasnya terengah-engah, namun senyumnya menyejukkan suasana. Yasmin tak bisa berkata-kata; rasa syukur dan kekaguman menyelimuti hatinya.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya pemuda itu, mendekatinya. Dalam cahaya redup, Yasmin bisa melihat kepedulian dalam tatapan matanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline