Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang pria yang pernah melarikan diri dari masa lalu kelamnya. Dulu, ia dikenal sebagai penjahat berdarah dingin yang menenggelamkan hidupnya di Lembah Hitam, tempat di mana hukum tak pernah singgah, dan kejahatan menjadi satu-satunya aturan. Namun, setelah bertahun-tahun berjuang untuk meninggalkan dunia itu, ia menemukan kedamaian di sisi istrinya dan kedua anaknya yang masih kecil. Hari-harinya dihabiskan sebagai petani, menanam sayur dan buah di kebun sederhana yang menjadi sumber kebahagiaan keluarganya.
Desa itu adalah dunianya kini, jauh dari kekerasan, jauh dari darah dan dendam. Wajah istrinya yang lembut dan senyum anak-anaknya yang polos adalah surga kecil yang ia ciptakan setelah berusaha menebus segala dosanya. Kehidupan baru itu begitu tenang, penuh cinta, dan damai. Mereka hidup dengan sederhana, namun kebahagiaan memancar di setiap detik yang ia habiskan bersama keluarganya.
Namun, masa lalu yang kelam tak pernah benar-benar pergi. Suatu hari, ketika langit mulai beranjak gelap, datang seorang napi yang kabur dari penjara, orang yang pernah mengenalnya di Lembah Hitam. Dengan sorot mata liar dan wajah yang penuh kebencian, napi itu memanggilnya dengan nama lama yang sudah lama ingin ia lupakan. Napi itu mengajaknya kembali ke lembah, kembali ke jalan hitam yang pernah mereka tapaki bersama. Namun, pria itu menolak. Baginya, masa lalu adalah kuburan, dan ia telah mengubur dirinya di dalamnya bersama semua kesalahan yang pernah ia buat.
"Aku bukan lagi orang yang kau kenal," ucapnya tenang, mencoba menahan amarah yang mulai bergemuruh dalam dada.
Tapi napi itu tak peduli. Penolakan tersebut menjadi awal dari malapetaka. Napi itu pergi, namun ancamannya tertinggal seperti bayangan hitam yang siap mencengkeram. Pria itu tahu, masa lalunya tidak akan melepaskannya begitu saja.
Benar saja, malam berikutnya, napi itu kembali. Kali ini, ia tidak datang sendiri. Beberapa rekannya dari Lembah Hitam ikut serta, dan mereka datang bukan hanya untuk menjemput pria itu, melainkan untuk merenggut segala yang telah ia bangun. Dengan wajah penuh kebencian dan dendam yang mengerikan, mereka mengancam akan membunuh keluarganya jika pria itu tidak menyerah.
Dalam kesunyian malam yang kian mencekam, pria itu berusaha melindungi keluarganya. Ia tak akan pernah kembali ke lembah, apapun yang terjadi. Di kebun yang biasanya penuh dengan kehidupan, terjadilah perkelahian sengit. Darah mulai berceceran di antara dedaunan hijau. Di bawah langit desa yang bisu, pria itu bertarung melawan nasibnya, melawan hantu-hantu masa lalu yang kini datang menagih janji. Namun, kekuatan seorang petani yang hidup damai tak mampu menandingi brutalitas para penjahat yang lapar akan kekerasan. Pria itu akhirnya tewas, tubuhnya terkapar di tanah yang selama ini ia rawat dengan penuh cinta.
Para napi yang haus akan kekejaman itu tidak puas hanya dengan kematian pria itu. Mereka berniat menghabisi keluarganya, menghapus segala jejak kedamaian yang pernah ada.
Sejam kemudian, polisi datang karena laporan para tetangga yang mendengar suara keributan. Mereka terkejut mendapati napi dan teman-temannya telah tewas, tubuh mereka bergelimpangan dengan luka yang mengerikan.
Ketika polisi bertanya siapa yang melakukan pembantaian itu, sang istri, dengan suara bergetar namun tegas, menjawab, "Suamiku."