Lihat ke Halaman Asli

Pria yang Ingin Mengubah Dunia

Diperbarui: 18 September 2024   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freepik.com

Rafi selalu merasa dunia perlu diubah. Setiap hari, ia bergerak cepat, penuh tekad, membawa mimpi-mimpi besarnya. Di kantor, di rumah, bahkan di tengah keramaian, pikirannya tak pernah berhenti berputar, merencanakan cara untuk mengubah dunia. Baginya, sebagai orang pintar, itu adalah tugasnya.

Kemarin, ia bekerja hingga larut malam, menyusun proposal proyek yang diyakininya akan membawa revolusi besar di perusahaannya. Baginya, hidup adalah tentang mengejar sesuatu yang lebih besar, lebih hebat. Rafi ingin dunia yang lebih baik, dunia yang dia ciptakan dengan tangannya sendiri.

Namun, hari ini, ada sesuatu yang berbeda. Ia bangun dengan perasaan asing. Pikirannya terasa kosong, langkahnya tak lagi secepat biasa. Ada keheningan di dalam dirinya yang tak bisa ia pahami.

Rafi menatap langit dari jendela apartemennya. Warna biru yang dulu selalu ia abaikan kini terlihat lebih mendalam, seolah memanggilnya. Ia bertanya pada dirinya sendiri: Kenapa semua ini terasa hampa? Bukankah ia seharusnya bahagia dengan segala pencapaiannya?

Setelah berjam-jam berjuang di kantor, ia merasa perlu untuk melarikan diri sejenak dari rutinitas. Ia memutuskan untuk berjalan menyusuri jalan-jalan yang dulu sering ia lewati saat masih kuliah. Jalanan ini penuh kenangan, dan ia berharap bisa menemukan jawaban di sana.

Di ujung jalan, Rafi melihat seorang wanita duduk di bangku taman. Wanita itu tersenyum saat melihatnya mendekat.

"Mita?" Rafi menyapanya dengan ragu. Ia mengenali wajah itu, meski sudah bertahun-tahun tak bertemu.

Mita mengangguk, senyum di wajahnya tidak berubah sedikit pun. "Lama tak bertemu, Rafi."

Mita adalah kekasih masa lalu Rafi, sosok yang pernah menjadi pusat dunianya sebelum ambisi dan kesibukannya menelan segalanya. Mereka berpisah, bukan karena hilangnya cinta, tetapi karena dunia yang semakin menjauhkan mereka. Mita pernah berkata padanya, "Kamu mengejar langit, Rafi, sementara aku hanya ingin berjalan di bumi bersamamu." Namun, Rafi tak pernah mendengar kata-kata itu dengan hati yang terbuka. Ia terlalu sibuk membangun jembatan menuju masa depan yang ia pikir akan sempurna, tanpa menyadari bahwa ia perlahan meninggalkan Mita di tepi jalannya.

Malam ketika mereka berpisah, Mita menatapnya dengan mata yang penuh kesedihan yang tak terucap. "Suatu hari, kamu akan mengerti bahwa dunia ini tidak pernah bisa kamu genggam sepenuhnya. Tapi mungkin saat itu, aku sudah terlalu jauh untuk kau raih lagi."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline