Lihat ke Halaman Asli

Suara dalam Kepala

Diperbarui: 17 September 2024   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freepik.com

Gemerlap malam Jakarta membentang seperti lautan bintang palsu di bawah langit yang hitam pekat. Di antara dentuman musik yang memekakkan telinga dan sorot lampu yang berkedip-kedip, Gani, pria dengan jas mahal dan sepatu mengkilap, berdiri tegak di bar. Matanya yang lelah tertutup topeng senyuman angkuh. Ia telah mencapai segala yang diinginkan banyak orang---harta melimpah, kekuasaan, reputasi. Namun, ada satu hal yang selalu menyelubungi pikirannya, merayap perlahan seperti kabut di pagi hari: ia tidak bisa tidur.

Seminggu sudah ia bertarung melawan insomnia. Siang bekerja keras, mengendalikan dunia bisnis dengan ketat dan cermat. Malam, ia berpesta, tenggelam dalam dentuman musik dan cahaya yang menyilaukan. Work hard, play hard. Begitu moto hidupnya. Namun, malam-malam itu tidak pernah sunyi. Selalu ada satu suara yang mengganggu. Satu kata yang berulang kali ia dengar di tengah keriuhan pesta, suara yang familiar namun entah berasal dari mana. Suara itu seolah ada dalam kepalanya.

"Bangun."

Gani mengerutkan dahi setiap kali suara itu muncul. Kadang terdengar di sela-sela ketukan musik, kadang di antara gelak tawa teman-temannya. Suara yang terdengar begitu akrab, namun wajah di baliknya tetap buram di ingatannya.

Dan selalu, di antara malam-malam panjang itu, Gani melihat hal lain yang membuatnya semakin resah. Sebuah motor hitam dengan pengendara yang mengenakan helm full face melintas di jalan. Setiap malam, motor itu muncul entah dari mana. Gani selalu merasa dadanya sesak melihatnya, rasa sakit yang tiba-tiba menyerang jantungnya seperti tamparan dari masa lalu yang tak ia mengerti. Anehnya, motor itu tak pernah berhenti, melintas begitu saja, meninggalkan Gani dalam kegelisahan yang semakin menebal.

Gani terus berpesta, berlari dari kegelapan yang selalu menghantuinya. Hingga suatu malam, di tengah riuhnya sebuah klub, terjadi sesuatu yang tak terduga. Lampu mendadak padam. Musik terhenti seketika. Gani terpaku di tempatnya. Kegelapan pekat menyelimuti ruangan, menelan suara-suara yang tadi menggelegar. Sunyi. Sepi. Gani mendapati dirinya sendirian. Di mana semua orang?

Ia menoleh ke sekeliling, berharap melihat teman-temannya, atau setidaknya pelayan bar. Tapi tidak ada siapa pun di sana. Hanya kegelapan yang memeluknya erat. Dan di saat itulah suara itu terdengar lagi, kali ini lebih dekat, lebih jelas.

"Bangun."

Suara itu datang dari belakangnya. Gani terdiam, merasakan detak jantungnya yang semakin cepat. Ia mengenali suara itu, namun otaknya menolak untuk mengingat siapa pemiliknya.

"Siapa kau?" Gani mencoba berteriak, namun suaranya terdengar lemah, hampir tenggelam dalam kegelapan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline