Lihat ke Halaman Asli

Pekarangan Bunga Istriku

Diperbarui: 15 September 2024   14:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.freepik.com/

Anton berdiri di ambang pintu, memandang pekarangan rumahnya yang dulu penuh warna. Kini, hanya tanah gersang yang terbentang di depannya, seperti mencerminkan keadaan istrinya, Erna, yang terbaring lemah di tempat tidur. Sudah berbulan-bulan Erna sakit. Anton telah membawa istrinya ke berbagai tabib dan dokter, tapi kesembuhan itu tak kunjung datang. Keseharian Anton terasa semakin sunyi, seolah-olah rumah yang dulu ceria kini dipenuhi hampa.

Pekarangan yang dulu dipenuhi bunga mawar dan anggrek, perlahan kehilangan sinarnya. Tanahnya retak, daun-daun kering berterbangan di setiap hembusan angin. Anton merasa seolah kehidupan di rumahnya ikut mengering seiring dengan kesehatan Erna yang memburuk.

Suatu sore, Anton duduk di samping tempat tidur Erna. Matanya berkaca-kaca melihat tubuh lemah istrinya yang tertidur. Di saat itu, entah kenapa, ia tergerak untuk berbicara, meski ia tahu Erna mungkin tak mendengarnya.

"Kamu tetap cantik, Na," gumam Anton pelan. "Seindah bunga yang pernah kamu tanam di pekarangan kita."

Anton tak berharap apapun dari kata-katanya. Ia hanya mengucapkannya dari hati, merindukan senyum istrinya yang dulu selalu menghangatkan hari-harinya. Namun, betapa terkejutnya dia ketika pagi harinya, ia melihat ada satu bunga yang tumbuh di pekarangannya. Sebuah bunga mawar merah muda, mekar di tengah kegersangan tanah yang sudah lama tak dihidupi.

Anton mengerutkan kening, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia mendekat, menyentuh kelopak bunga itu yang terasa begitu lembut dan hidup. Lalu, saat ia kembali ke dalam rumah, ada pemandangan lain yang membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Erna. Matanya yang tertutup selama berminggu-minggu kini mulai membuka sedikit, seperti ada cahaya baru yang muncul dari dalam dirinya.

"Erna?" Anton mendekat dengan hati-hati.

Istrinya tak berbicara, tapi ia bisa melihat sedikit pergerakan di bibirnya, seakan ingin merespons panggilannya. Anton merasakan ada keajaiban kecil yang mulai menyelimuti rumahnya. Sejak itu, setiap pagi, Anton menghabiskan waktunya di samping Erna, memuji dan mengucapkan hal-hal indah tentang istrinya.

"Kamu adalah hujan yang kutunggu di musim kemarau, menyejukkan jiwa dan membuat segala sesuatu tumbuh lebih indah di sekitarmu," katanya suatu pagi.

"Hatimu bagaikan taman bunga yang tak pernah layu, setiap kali aku melihatmu, aku merasa menemukan kehidupan baru," katanya di pagi yang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline