Lihat ke Halaman Asli

Kunci Kehidupan

Diperbarui: 4 September 2024   16:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.freepik.com/premium-photo/young-asian-man-with-happy-face-showing-key

Angin senja meniup lembut tirai jendela kamar itu, membuat cahaya matahari terakhir menari-nari di atas permukaan meja kerja yang selalu rapi. Di situ, seorang ayah tengah sibuk menatap layar komputernya, jemarinya bergerak lincah di atas keyboard, menghasilkan deretan huruf yang membentuk kata-kata penuh makna.

Di sudut ruangan, seorang anak laki-laki duduk dengan tenang, matanya tak pernah lepas dari sosok ayahnya. Setiap kali sang ayah menyelesaikan pekerjaannya, selalu ada ritus yang ia lakukan. Ia akan memandang sebuah kunci perak di hadapannya, lama, seolah-olah merenungi setiap lekuk yang ada. Lalu, dengan gerakan penuh kehati-hatian, ia akan menaruh kunci itu di laci mejanya, dan tak lupa menguncinya.

"Ayah, itu kunci apa?" tanya anak itu suatu sore, ketika rasa penasaran yang telah lama ia pendam tak lagi bisa dibendung.

Sang ayah tersenyum lembut, senyuman yang selalu mampu menenangkan hatinya. "Ini kunci kehidupan, Nak," jawabnya, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Kata-kata itu berputar-putar di kepala anak laki-laki itu selama berhari-hari. Apa yang dimaksud dengan kunci kehidupan? Mengapa ayah begitu menjaga kunci itu dengan sangat hati-hati? Apa yang disembunyikan di balik laci itu?

Suatu hari, tanpa diduga, ayahnya pergi bekerja dan lupa mengunci laci. Kesempatan yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan jantung berdebar, anak itu berjalan perlahan ke meja kerja ayahnya. Tangannya yang mungil meraih kunci yang telah lama menjadi misteri itu. Ia merasa ada sesuatu yang mengalir dalam dirinya saat kunci itu berada dalam genggamannya, sesuatu yang membuatnya merasa lebih dewasa.

Ia mencoba memasukkan kunci itu ke berbagai lubang kunci di rumah, namun tak ada satupun yang pas. Sampai akhirnya ia tiba di depan sebuah brankas tua yang terletak di sudut ruang kerja. Dengan hati-hati, ia memasukkan kunci itu. Klik! Brankas itu terbuka, memperlihatkan tumpukan uang yang tersusun rapi di dalamnya. Anak itu terkejut sekaligus girang. Uang sebanyak itu? Untuk apa?

Tanpa pikir panjang, ia berlari menuju meja kerja ayahnya untuk memberi tahu penemuannya. Namun, ketika ia sampai di sana, ia terpaku. Seorang lelaki tua duduk di bangku ayahnya, tertidur dengan wajah damai. Tapi tunggu, itu bukan orang lain---itu adalah ayahnya! Sang ayah, dengan rambut yang sudah sepenuhnya memutih, kerutan di wajah yang dalam, dan napas yang kini tak lagi berhembus!

Kegelisahan menyergap anak itu. Ia berlari menuju cermin di ruangan itu dan ketika ia melihat pantulan dirinya, ia terkejut. Bayangan yang tampak di cermin bukanlah anak kecil yang ia kenal, melainkan seorang pemuda dewasa, dengan mata yang penuh kebingungan. Waktu seolah berlari tanpa sepengetahuannya.

Dengan penuh rasa penyesalan ia ingin mengembalikan kunci kehidupan ke dalam tempat semula. Tangannya gemetar saat membuka laci meja kerja ayahnya. Di sana, di bawah tempat kunci itu biasa disimpan, ada sepucuk surat yang terlipat rapi. Dengan hati-hati, ia menariknya keluar dan membuka lipatannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline