Lihat ke Halaman Asli

[KC] Cinta dalam Secangkir Hujan

Diperbarui: 2 Oktober 2015   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ahmad Maulana S, No. 9.

 

Kopi yang baik selalu berhasil membuatmu terjaga. Jika kau penikmat kopi sejati, niscaya kau akan memahami, bahwa cinta yang memberimu getir berulang kali justru mengasah bathinmu untuk tetap terbuka…

 

***

“Di sinilah kami sekarang berada, Bay, pada sebuah persimpangan di sudut hati. Dan dongeng tentang lalat cintamu waktu itu, amat berhasil membuatku tertekan,” ucapmu, melanjut kembali obrolan tentang hujan pada pagi yang lewat.

Kualihkan pandang dari laptop tua di depanku, mencoba memaknai lagi senja di teras yang entah mengapa tiba-tiba menjadi amat tua.

“Hari ini Jakarta kembali hujan, Rin,” ketikku singkat, berusaha mengalihkan aura sendu yang memancar dari tulisanmu di ruang pesan.

“Agaknya Jakarta lebih memahami perasaan wanita,” kembali pesanmu masuk, dan kembali aku terseret ke dalam lingkaran.

“Tak semua mesti dibaca sebagai hujan, Rin,” kilahku.

“Salahkah hujan, Bay,” sendumu. “Salahkah jika semua kumaknai hanya sebagai hujan?”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline