Lihat ke Halaman Asli

Buku Motivasi-Bisnis Buatan TKI Berpendidikan Rendah Ini Membuat Saya Menangis

Diperbarui: 19 Januari 2016   07:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah meluncurkan novel biografi berjudul “Sejuta Mimpi” hari Minggu kemarin di Minggu 17 Januari 2016, bertempat di Boguan Parka, Taichung-Taiwan, TKI/BMI ini kembali mencolek saya untuk membantunya membuat buku kedua.

Kali ini bergenre motivasi-bisnis, sebuah pilihan genre yang agak aneh mengingat latar belakang pendidikannya yang ‘hanya seadanya’, memaksa saya untuk melempar wacananya terlebih dahulu ke forum “Grup Inboks K-Gocap” untuk diuji kepantasannya. Sebab untuk genre yang agak sensitif ini saya memang butuh opini pendukung dari rekan-rekan ajaib grup inboks yang berlatar multidisiplin ilmu, mulai dari praktisi dosen PTN/S, petinggi departemen kehutanan, psikolog, penulis, filsuf, BMI hingga ibu rumah tangga biasa yang cadas mengulas tema apapun.

Hasilnya? Buku motivasi-bisnis tersebut sukses membuat saya menangis bahkan sejak masih menjadi naskah. Langsung nyemplung ke kisahnya, Kawan…^_

Tanya jawab tersebut berlangsung cukup panjang serta amat serius untuk ukuran percakapan jam 03.00 dinihari, hingga setelah beberapa pihak memberi masukan lengkap sebagai dukungan, saya beranikan untuk mengulas beberapa isi buku motivasi-bisnis besutan Mellyzza Sansan dan Erly tersebut dalam artikel ini.

 

Bisnis Terbaik #1: Bisnis Tanpa Modal dan Langsung Untung Bahkan Sebelum Dimulai.

Bisnis tanpa modal?

Sudah untung sebelum dimulai?

Membaca bab awal buku ini sempat membuat saya terheran-heran. Bagaimana mungkin penulis yang hanya orang super biasa ini, dapat memetakan kemampuan berpikirnya dengan amat canggih?

Ingatan saya berjalan mundur beberapa tahun ke belakang saat usia saya masih dua puluhan tahun, karena saya pribadi memang pernah menguji coba keajaiban kaidah bisnis pertama ini, dengan cara menyewa sebuah ruangan untuk dijadikan lembaga kursus seharga 3,5 juta per tahun.

Satu bulan sebelum pembukaan lembaga kursus tersebut, saya berhasil menjalin kerjasama dengan beberapa institusi pendidikan yang ada di sekitar lokasi, hingga menghasilkan peserta kursus sebanyak 100 siswa dengan biaya belajar sebesar @ Rp. 500. 000, -/siswa dibayar dimuka pada saat pendaftaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline