Lihat ke Halaman Asli

Berantem Gara-gara Komentar di Medsos

Diperbarui: 18 Juli 2015   03:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

***

Siapa sangka sebuah komen dapat begitu membuat terkejut? Bukan karena isinya yang cukup membuat gembira, melainkan karena komen tersebut memiliki kesadaran berlapis seperti yang biasa ditemui dalam sebuah puisi. Benar-benar dunia yang serba tak terpeta, ucap saya dalam hati sambil berpikir untuk membuang semua perbendaharaan tulisan yang saya punya. Sebab untuk orang lain, bahkan mereka tak perlu repot-repot mengolah ini dan itu, hanya demi gerbong kata terlihat agak berkilap!

Tapi itu terjadi hari ini, setelah sebelumnya saya peroleh pengalaman ajaib yang lainnya, yang sayangnya... cukup membuat saya mual bila mengingatnya. Begini ceritanya...^_

 

 “Tapi nama adalah sesuatu yang jadi ciri bukan pengecut. Jadi saya mencantumkan nama saya. Bukan untuk bersembunyi jika terjadi sesuatu…”

 

Tahu-tahu, seseorang mempertanyakan nama saya di ruang maya, dengan cara yang saya rasa belum pantas dilakukan oleh makhluk beradab yang bernama: Manusia. Terutama oleh orang yang baru terlibat add-confirm dengan saya, setelah sebelumnya dengan amat beruntun dia bertanya, apakah saya seorang Hipnoterapis? Reiki? Tukang Mancing? Dan sebagainya yang membuat saya berpikir, adakah yang salah atau tak umum dengan postingan saya selama ini..?

Sebuah pertanyaan yang langsung menyeret saya untuk melirik dengan lebih seksama fesbuk dia. Aha! Seorang hipnoterapis rupanya. Anak muda yang dengan amat gagahnya menuliskan ‘mind changer’ pada foto sampulnya yang direkayasa seperti bentuk KTP...^_

Barangkali inilah saatnya saya berguru kepada seorang mind changer, sorak saya pelan, tenang, membawa serta sejumput kecil ide tentang pengecut yang baru saja coba dia tanamkan di benak tumpul saya hingga membal kian kemari dengan bebasnya.

Terjadilah yang memang seharusnya terjadi. Tanya berbalas tanya. Tanya berbuah jawaban, yang kembali mengulangi siklus dengan menyuplai tanya baru. Serta tanya yang kemudian saling berjabat erat atau justru keplak-mengeplak tak karuan saat coba mengukur kedalaman kata masing-masing, atau sekedar menikmati arus kalimat demi kalimat sambil sesekali bersiul buah adrenalin yang berkali-kali mencuat tinggi namun kerap tertahan peradaban...^_

(Bayangan): Nama itu sudah melekat sejak saya menulis di facebook dan media lainnya… Alhamdulillah belum ada yang menganggap saya sebagai seorang pengecut… Dan saya juga tak pernah menganggap Gola Gong atau Pipit Senja seorang pengecut…

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline