Bulan lalu, salah seorang kawan mengetwit kalimat yang sama seperti judul di atas pasca kemenangan Liverpool di saat Salah sedang mengalami periode sulit. Namun, tampaknya kalimat itu lebih sesuai untuk menggambarkan Liverpool saat ini setelah berhasil comeback melawan Barcelona dengan skor 4-3 meski tidak diperkuat dua penyerang andalannya, Mohammed Salah dan Roberto Firmino.
Kemenangan ini terasa spesial bagi Liverpool. Betapa tidak, mereka terus menjaga asa untuk meraih trofi di musim ini, baik di EPL maupun Liga Champions. Ketika minggu lalu Liverpool kalah 3-0 dari Barcelona, ditambah lagi dengan Manchester City yang tidak terbendung di EPL, rasa-rasanya semua fans Liverpool sudah ikhlas menjadi bahan bullying jika musim ini kembali nir-gelar.
Akan tetapi, semua harapan dan gairah yang mulai sirnah itu kembali bergelora ketika melihat kedigdayaan punggawa Liverpool di Anfield tadi malam. Dengan ketidakhadiran Salah, Firmino, dan Keita, tidak ada yang menyangka Liverpool bisa mengalahkan Barca yang tampil full team. Terlebih di pertandingan sebelumnya di Liga Spanyol, Barca sempat mengistirahatkan seluruh pemain intinya.
Secara permainan, Liverpool lebih unggul dibandingkan Barcelona, meski kalah penguasaan bola 47%-53%. Tercatat Liverpool berhasil melakukan 12 tembakan dan 4 di antaranya berbuah goal. Menariknya, Sadio Mane yang menjadi tumpuhan Liverpool, justru tidak bisa melakukan tendangan ke arah gawang. Di sisi lain, Barcelona hanya berhasil melakukan 7 tembakan, 5 di antaranya mengarah ke gawang.
Hal inilah yang menjadi kelebihan Liverpool dari Barcelona. Ketika pemain yang menjadi tumpuhan tidak mampu mencetak gol, ada pemain lain yang bersinar. Seperti ketika Salah mengalami periode sulit, Mane berhasil menjadi tumpuhan baru Liverpool. Ketika Mane sedang mandul, Salah kembali menemukan performa terbaiknya. Tadi malam, ketika Salah Firmino absen dan Mane tidak tampil apik, ada pemain lain yang hadir menjadi pahlawan, yaitu Origi dan Wijnaldum.
Sebaliknya, Barcelona sangat bergantung kepada Messi. Ketika Messi tidak dalam performa terbaiknya, tidak ada pemain lain yang bisa hadir sebagai juru selamat. Sehingga mudah bagi lawan untuk membaca permainan Barcelona yang tertumpu pada seorang Messi. Mematikan pergerakan Messi, sama halnya mematikan mesin gol Barcelona, seperti yang berhasil dilakukan oleh Fabinho semalam.
Oleh karena itu, kemenangan Liverpool melawan Barcelona bukanlah kemenangan seorang Origi dan Wijnaldum semata. Sembilan pemain lain juga memiliki peran penting di balik kemanangan itu.
Ada Alisson yang berhasil menggagalkan lima peluang berbahaya dari Messi, Suarez, Coutinho, dan Jordi Alba. Ada dua pemain belakang yang berhasil menjaga tembok pertahanan dengan baik. Ada Fabinho yang berhasil mematikan gerak Messi dan memutus aliran bola ke striker. Ada TAA yang berhasil menyumbang dua asis dan satu di antaranya menjadi penentu kemenangan Liverpool.
Dengan statistika itu, Liverpool kembali menegaskan dirinya sebagai tim hebat dan tidak bergantung pada satu dua pemain saja. Liverpool adalah tim yang keseluruhannya memainkan peran vital dalam setiap pertandingan. Terlepas dari semua puja-puji atas kemenangan itu, musim 2018/2019 belum sepenuhnya berakhir. Liverpool tidak boleh terlena karena ada dua pertandingan final yang sedang menunggu mereka. Saya berharap, ikhtiar panjang Liverpool akan berbuah manis di musim ini dengan memenangkan tropi EPL dan Liga Champions. Amin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H