Mendengar kata 'politik' agaknya membuat pikiran kita melukiskan sebuah gambaran ketegangan, keseriusan, perdebatan, kekejaman, adu kepentingan, kejadian dramatis, korupsi, saling menjatuhkan martabat, bahkan saling lempar kursi saat sidang.
Tenang, politik tidak semengerikan itu kawan, walaupun pada realitasnya terkadang politik menampilkan fenomena ketegangan tersebut, namun di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tepatnya pada program studi Ilmu Pemerintahan, belajar politik dengan metode ASYIQ ala IP UMY yang tentunya dengan dosen asyik akan menjadi lebih menyenangkan dan tidak semenegangkan yang kita pikirkan.
ASYIQ merupakan sebuah singkatan dari Analogy, Significanche, Youngster, Islami, dan Quality. Metode tersebut diterapkan oleh IP UMY sebagai sebuah sarana pembelajaran politik agar lebih enjoy dan mudah untuk dipahami oleh mahasiswa.
Penerapan metode tersebut tentu menjadi sebuah keunggulan yang dimiliki IP UMY dalam menjelajahi dunia perpolitikan yang sering distigmatisasikan dengan hal negatif yang cenderung membuat generasi kita merasa takut dalam menyelami dunia politik.
Adapun maksud dari kelima strategi yang tercantum dalam metode tersebut sebagai berikut. Pertama analogy. Analogi dalam KBBI ialah persamaan atau persesuaian antara benda satu atau hal yang berlainan. Penerapan oleh IP UMY dalam analogi ialah membandingkan politik dengan perumpamaan yang mudah dimengerti.
Contohnya, politik dianalogikan sebagai ruangan yang disediakan untuk orang-orang yang ingin mengabdi dan menyejahterakan bangsa Indonesia. Namun seringkali ruangan tersebut diisi oleh orang-orang jahat yang penuh kepentingan sehingga ruangan yangg disediakan untuk mengabdi dan menyejahterakan bangsa, justru digunakan untuk kepentingan golongan.
Adapun maksud dari significance yaitu mengajarkan bahwa politik merupakan hal yang sangat penting dan berarti karena menyangkut kesejahteraan dan masa depan generasi bangsa.
Pada pola penerapan signifikansi poltik, IP UMY memberikan penjelasan bahwa pendidikan politik merupakan hal yang signifikan, karena harga beras, gula, minyak goreng, cabai, dan sembako lainnya itu tergantung kebijakan yang diambil oleh pemerintah, dan orang-orang yang dibalik pemerintah adalah orang-orang politik. Karenanya, para dosen IP UMY memberikan pesan bahwa politik bukan hanya tentang mencapai kekuasaan, namun juga untuk menyelamatkan generasi bangsa dari kesengsaraan dan keterbelakangan melalui kekuasaan.
Setelah itu ada youngster. Maksud dari youngster adalah kamu muda. Dosen di IP UMY seringkali memberikan rangsangan terhadap mahasiswa sebagai 'agent of change' atau agen perubahan. Dalam penerapannya, dosen IP UMY mensugestikan terhadap mahasiswa yang notabenenya kaum muda bahwa "anak muda harus mempunyai peran penting dalam politik nasional.
Tidak mesti masuk ke dalam kekuasaan, namun melalui kontribusi dalam bentuk edukasi kepada khalayak, rasa peduli dan kritis terhadap kebijakan menyimpang oleh pemerintah mampu memberikan peran dalam politik nasional. Karena itu kalian harus mengambil peran dalam pembangunan nasional". Demikian ucap dari salah satu dosen IP UMY.