Lihat ke Halaman Asli

Ahmad zaenal abidin

Penjahit kata

E-Toll Lebaran

Diperbarui: 3 Mei 2022   08:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Gue selama ini yakin, kalo semesta ini akan nemuin kita dengan orang yang punya frekwensi yang sama, kecuali saat ini." 

Jeremy panik di depan pintu gerbang tol elektronik, saat perlahan mobil di depannya satu persatu melaju meninggalkan palang pembatas jalan, men-tap kartu tol elektronik pada dinding pembatas, beberapa angka terlihat pada monitor, lalu pembatas membuka diri.

Jeremy baru sadar tak menemukan dompetnya di saku dan dasboard mobil tempatnya menaruh E-toll selama ini. Berusaha tenang sambil coba menoleh kiri dan kanan barangkali ada petugas yang berkenan membantunya. 

Nihil, tak ada siapapun yang Jeremy lihat, hanya petugas kebersihan yang terlihat membawa sapu berjalan pelan melihat kepanikannya, lalu pelan melangkah seolah tak ada apa-apa.

Jeremy lalu melihat ke kaca spion tengah, nampak beberapa mobil mulai berbaris mengekor di belakangnya, detik demi detik berlalu dan beberapa mobil nampak mulai terlihat berjejer mendekati.

Sambil tetap membuka jendela, Jeremy berniat keluar dari kabin mobil dan berniat meminta bantuan kepada mobil di belakangnya, lampu Hazard dia nyalakan sebagai penanda keadaan darurat.

Jeremy percaya diri, bahwa semesta akan menggerakkan langkah orang di belakangnya untuk membantu, lalu Jeremy akan memberi uang pengganti, begitu kaidah yang selama ini dia yakini, apalagi, selama ini Jeremy selalu tergerak hatinya membantu orang-orang yang terjebak dalam situasinya kini. 

Memberi tap E-toll tanpa diminta seraya memberi senyum, lalu melangkah kembali ke dalam kabin mobil seraya menyaksikan ungkapan kebahagiaan orang yang dia bantu. Baginya menyaksikan kebahagiaan orang lain adalah sebuah Kemenangan nurani, dia merasakan kebahagiaan yang sama. 

Bagi Jeremy, anugerah yang Tuhan beri itu dirasa gratis, jadi baginya tak ada alasan untuk meminta imbalan atas sebuah bantuan. Hanya meneruskan pemberian anugerah. 

Jeremy tentu saja merasa bahagia akan hal itu, seraya berkaca, bisa saja kejadian itu menimpanya, dan ketika ada yang tergerak hati untuk menolongnya tentu saja dia bahagia. 

Semesta akan memberi langkah yang sama dengan apa yang kita perbuat, itu kaidah yang dia yakini selama ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline