We Have A Deal
I get profit, you get benefit.
"Tolong carikan barang ini, barangkali ada yang jual butuh (BU), agar harga bisa di tekan dibawah pasaran."
Kalimat diatas kerap kali kita dengar, tentang cara jual beli yang memanfaatkan kelemahan penjual, menggunakan aneka alasan agar harga bisa di tekan sesuai keinginan pembeli, boleh jadi transaksi tetap terjadi dengan rasa dongkol dari salah satu pihak, tapi karena kebutuhan mendesak, terpaksa disepakati.
Boleh jadi pula pembeli dalam transaksi seperti ini mendapatkan profit, tapi sejatinya tidak akan pernah merasakan benefit.
Mari kita simak sebuah cerita, tentang transaksi bisnis para raksasa dunia yang boleh jadi menerapkan kaidah tasawuf ekonomi yang salah satunya pernah di gagas oleh Al-Ghazali dalam Ihya' Ulum al-Din.
Pria itu bernama Masayoshi Son, CEO dari SoftBank, lembaga Investasi kelas dunia, pada tahun 2000 dalam acara safari ke Tiongkok untuk mencari peluang investasi yang bagus di dunia digital.
Dalam salah satu sesi, dia di pertemukan dengan seorang pria kurus, pendek, dengan kepala yang agak kebesaran. Tampak aneh, namun penuh semangat. Pria itu adalah Jack Ma. Dia berusaha mencari pendanaan untuk "Alibaba" perusahaan e-commerce yang baru di rilisnya, dia ingin menghubungkan pabrik-pabrik di pedalaman Tiongkok daratan pada dunia, tentu saja agar tercipta sebuah kesempatan dalam wujud keadilan soal harga, dimana para spekulan dan broker yang menguasai jaringan distribusi tak lagi seenaknya menekan para pengusaha kecil disana.
Son nampak tertarik pada gagasan Jack Ma, dia yang teruji dalam dunia investasi, melihat sebuah visi dalam bisnis ini, sebuah platform yang tak hanya menjanjikan profit, tapi benefit (manfaat) yang besar bagi para pelakunya kelak.
Sebagai seorang investor, Son sadar bahwa saat itu tak banyak yang melirik gagasan dan ide Jack Ma yang membutuhkan pendanaan, dia berada dalam kuasa untuk menekan harga, agar Jack Ma mau menjual, atau setidaknya bekerja sama dengan harga murah. Jack Ma yang lemah dan Son pemilik modal raksasa yang memilik kuasa.
Tapi, alih-alih mengambil kesempatan untuk menekan harga, Son mengambil langkah berbeda, dia memberikan sebuah tawaran fantastis senilai USD 40jt untuk 40% saham Alibaba. Perusahaan yang baru berusia 1tahun, tanpa aset dan masih merugi.