Jalan Arsenal, In Arsene we trust.
Catatan pinggir tentang filosofi sepakbola dan kehidupan.
Mengelola sebuah klub sepakbola boleh jadi seperti mengelola kehidupan, ada banyak cara, aneka jalan, tapi memiliki satu tujuan. Jika pemeluk agama menjadikan Tuhan sebagai tujuan, maka sepakbola boleh jadi menjadikan prestasi berbalut gelar yang jadi acuan.
Kisah ini bermula pada tahun 1996, saat sosok Arsene wenger diperkenalkan manajemen arsenal sebagai manager baru menggantikan legenda George Graham yang telah 11 tahun melatih tim kota london utara itu.
Publik sempat terkaget saat mengetahui bahwa background Wenger adalah seorang profesor ekonomi.
Mungkin sebagian bertanya, bagaimana mungkin seorang ahli ekonomi mengelola sebuah klub sepakbola?
Jika tujuan utama klub adalah memperbaiki neraca keuangan yang drop karena miskin gelar beberapa tahun terakhir, boleh jadi alasan ini dibenarkan, tapi jika tujuannya adalah prestasi, maka pilihan ini patut dipertanyakan, sepakbola tidak sesederhana itu kawan, mungkin pertanyaan itu yang ada dalam benak penggemar saat itu.
Arsene wenger mungkin dihadapkan pada dua pilihan untuk mendongkrak prestasi Arsenal sekaligus menambah pemasukan klub, a right way or an easy way.
Persis seperti hidup kita mungkin, kita dihadapkan pada pilihan jalan yang benar atau jalan yang mudah.
Wenger memilih jalan pertama, a right way.
Membawa filosofi ekonomi yang jadi keahliannya, Wenger mulai membangun ulang tim. Dia membawa intuisinya dalam merekrut pemain, penuh kehati-hatian dalam menentukan pilihan karena keterbatasan kocek belanja, dan yang utama, di sesuaikan dengan kebutuhan tim.
Deretan belanja pemain Wenger di isi pemain underrated, pemain bola yang kurang dianggap,dihargai murah, nyaris putus asa, tapi memiliki kualitas mumpuni.