Semesta terkadang memberi pesan dengan jalan tak biasa, bahwa kehidupan kadang tak selalu seirama dengan harapan, tapi semua yang nampak tak beraturan sejatinya adalah sebuah kumpulan nada, yang bermetamorfosis menjadi sebuah symphony kehidupan. Boleh jadi dari sebuah ketukan drum sebuah band metal tersohor, Metallica.
Jika kita simak seksama setiap lagu yang dibawakan oleh Metallica, sekilas ketukan drum Lars Ullrich nampak tak beraturan. Dia bisa merubah ketukan pada bait yang sama, entah menambah atau mengurangi tempo, atau menambahkan speedket pada snare dan bass drum.
Caranya memainkan drum nampak tak bisa ditebak, penuh dengan kejutan. Sepintas caranya bermain bisa merusak symphony sebuah lagu, merubah komposisi yang telah diracik harmonis oleh duo gitaris dan vocal Kirk Hammet dan James Hetfield.
Tapi coba dengar salah satu karya masterpiece Metallica, The Unforgiven. Lagu yang dimulai dengan nada minor itu jauh dari kesan cengeng, dibuka petikan gitar akustik, walau dengan meldoy gitar mendayu-dayu, ketukan drum Lars Ullrich membuat lagu itu tetap gagah dengan sentuhan metal yang kental.
Lagu ini seperti mengingatkan kita akan aneka kehidupan kita yang nampak tak beraturan, memulai banyak hal dengan langkah minor berupa air mata dan kesedihan.
Tapi jika kita coba zoom out semua awal kepedihan itu, dan mencoba mengetuk nurani kita hingga berdebam-debam, mengambil langkah yang tak biasa, langkah yang tak terduga, yang terlihat adalah sebuah symphony cinta ketuhanan.
Bahwa tidak dikabulnya doa adalah bentuk pengkabulan itu sendiri, biarkan saja itu menjadi rahasia, tabir ketuhanan yang terhijab dari kita.
Dalam lagu masterpiece nya yang lain berjudul Master of Puppet, Lars Ullrich bahkan mengetuk irama drumnya tak hanya berbeda, tapi nyeleneh dan terkesan sedikit gila, dia melawan tempo dan tablature nada yang jadi pakem hampir semua drummer di dunia.
Bagaimana mungkin, lagu yang awalnya sudah di gas dengan tempo cepat dengan suara rhythm gitar yang meraung-raung di iringi ketukan drum yang tak kalah cepat, memacu andrenalin bagi siapapun yang mendengarnya, tiba-tiba nyaris berhenti, lalu menurunkan tempo menjadi lebih lambat,di iringi melody gitar yang mendayu-dayu Indah, seolah mengingatkan kita akan pentingnya sebuah jeda.
Ditengah kompetisi kehidupan yang menguras emosi dan melelahkan hati, kita memerlukan jeda sejenak dari hiruk pikuk perjalanan. Seperti pesan indah Syeikh Ibnu Athailah dalam Alhikam:
"Istirahatkan dirimu dari tadbiir (melakukan pengaturan-pengaturan)! Maka apa-apa yang selainmu (Allah) telah melakukannya untukmu, janganlah engkau (turut) mengurusinya untuk dirimu."