Lihat ke Halaman Asli

Ahmad zaenal abidin

Penjahit kata

Kepa Arrizabalaga dan Cerita Nomor Dua

Diperbarui: 26 September 2021   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

kesempatan itu selalu ada, walau saja hanya waktu yang sanggup menjawabnya. boleh jadi Kepa adalah cerminan kita, seorang nomor satu yang bisa saja melakukan salah, lalu kalah. 

Kita tahu bahwa Kepa adalah penjaga gawang termahal di dunia, 72 juta pounsterling melekat pada sebuah harga yang dia bawa. Bisa jadi dengan harga semahal itulah melekat pula sebuah harapan besar yang berubah menjadi beban di pundak sang kiper yang sekarang jadi nomor dua.

Kepa boleh jadi seperti kita, saat sebauh catatan epik menihilkan arti kesalahan, saat tuntutan kesenmpurnaan melekat pada jiwa-jiwa muda yang tak mengampuni sebuah kebodohan, Kepa mencoba tetap bertahan dan mengharap pemakluman. 

"aku juga manusia biasa."

Mungkin itu yang ada dalam benak Kepa pada saat itu.

Dalam puncak kesalahannya, datang jua sosok Kiper underrated bernama Edward mendy, yang diboyong dari klub biasa, tapi capaian dan penampilannya epik tak terkira, membuat Kepa semakin tenggelam dan merana. 

Nama Kepa kerap ada dalam deretan bullyan dan cibiran para fans yang mengaku mencintainya, cinta semu para pendusta yang menganggap pemain pujaan adalah dewa, yang tak boleh salah, apalagi kalah. 

Tapi kepa percaya kesempatan itu akan tiba, Thomas tuchel sang pelatih membiarkannya menepi, agar jelaga jiwanya tak lagi dalam nestapa, walau teronggok sendiri di bangku cadangan, Kepa berusaha teatp ceria, menampakkan tawa, lalu berusaha keras mengembalikan kepercayaan diri yang sempat hilang, Kepa berharap cinta semesta kembali memeluknya, memberikan keadilan sebagai seorang manusia.

Tekun berlatih dalam rintih, melepas nestapa, bersahabat dengan Mendy sang kompetitor dan menjadijan penerimaan sebagai proses mula sebuah kebangkitan, Kepe rindukan kebahagiaan. 

Semesta yang ranum menangkap sinyal cinta Kepa,  hingga kesempatan itu tiba, tentu bukan berharap Mendy sang kompetitor cedera, lalu dengan jumawa melangkahinya. 

Setelah proses menerima, semesta seoalh berujar lembut padanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline