Pada peperangan udara modern, sebuah pesawat biasanya harus memiliki kecepatan dan tingkat manuver yang tinggi untuk dapat mendominasi peperangan di udara namun hal ini sepertinya tidak berlaku untuk pesawat pembom.
Kita masih sering melihat beberapa jenis pesawat pembom mengudara saat ini seperti Boeing B-52 Stratofortress, Northrop Grumman B-2 Spirit, Tupolev Tu-95 dan Tu-160 misalnya.
Ada dua tipe pesawat pembom yang disesuaikan dengan misinya yaitu pesawat pembom strategik dan taktikal.
Pesawat pembom strategik biasanya berukuran besar dan berfungsi untuk menghancurkan instalasi militer yang vital seperti pabrik senjata, pangkalan militer dan lainnya.
Sedangkan pesawat pembom taktikal berukuran lebih kecil dan berfungsi memberikan dukungan pasukan darat dengan menjatuhkan bom kepada kekuatan lawan.
Salah satu contoh pesawat pembom taktikal adalah Dassault Mirage 2000.
Pesawat pembom strategik ini laksana sasaran empuk bagi peluru kendali jarak jauh dan juga pesawat tempur lawan yang memiliki kecepatan dan kelincahan, namun mengapa beberapa negara seperti Amerika dan Rusia masih menggunakan dan bahkan mengandalkan pesawat pembom strategik ini pada armadanya?
Jawaban dari pertanyaan ini adalah Nuclear Triad yaitu struktur kekuatan nuklir sebuah militer yang terdiri dari 3 cabang yaitu peluru kendali antar benua berkepala nuklir dari darat, bawah laut dan pesawat pembom strategik.
Lahirnya Nuclear Triad ini adalah dampak dari lahirnya peluru kendali balistik antar benua yang diluncurkan dari darat atau ICBM dan yang diluncurkan dari bawah laut atau SLBM.
Tujuannya adalah apabila kekuatan nuklir sebuah negara diserang atau dikenal dengan first strike maka negara yang diserang masih memiliki kekuatan nuklir lainnya sehingga mampu untuk membalas serangan atau dikenal dengan second strike.