Lihat ke Halaman Asli

Backburner, Ketika Hubungan Cinta Menyala Redup

Diperbarui: 19 Juli 2024 ย  12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ย sumber gambar: pixabay.com/JillWellington

Dalam dunia yang semakin digital, fenomena backburner telah menjadi semakin umum dalam kehidupan percintaan kita. Backburner, istilah yang merujuk pada seseorang yang kita simpan sebagai cadangan atau alternatif dalam hubungan, telah menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Seiring dengan semakin kompleksnya dinamika dalam hubungan, backburner muncul sebagai salah satu strategi yang digunakan oleh banyak orang untuk mempertahankan opsi-opsi mereka.

Pada dasarnya, backburner adalah seseorang yang kita simpan di "rak belakang" hati dan pikiran kita. Mereka bukan prioritas utama, namun tetap menjadi pilihan cadangan jika hubungan utama kita mengalami masalah. Dalam era digital saat ini, backburner sering kali berupa mantan kekasih, teman dekat, atau bahkan orang asing yang kita temui di media sosial. Melalui pesan singkat, obrolan online, atau sekedar menjaga "pertemanan" di media sosial, kita mempertahankan koneksi dengan mereka, seolah-olah menyimpan mereka sebagai "cadangan" jika suatu hari nanti hubungan utama kita tidak berjalan mulus.

Mengapa orang-orang melakukan ini? Ada beberapa alasan yang mendasari fenomena backburner. Pertama, rasa takut akan kesepian dan ketidakpastian masa depan. Dengan menyimpan pilihan cadangan, kita merasa lebih aman dan memiliki "jaring pengaman" jika hubungan utama kita berakhir. Kedua, keinginan untuk tetap menjaga opsi-opsi terbuka. Dalam dunia yang semakin kompetitif, banyak orang merasa perlu menjaga beberapa pilihan di tangan mereka, termasuk dalam hal percintaan.

Namun, fenomena backburner ini memiliki dampak yang cukup signifikan dalam hubungan. Ketika seseorang fokus pada backburner mereka, perhatian dan energi yang seharusnya diberikan pada hubungan utama menjadi terbagi. Hal ini dapat menyebabkan pasangan utama merasa diabaikan, kurang diperhatikan, dan pada akhirnya memicu konflik dalam hubungan. Selain itu, backburner juga dapat menghambat kemampuan seseorang untuk terlibat secara penuh dan jujur dalam hubungan saat ini.

Di sisi lain, backburner juga dapat menjadi strategi untuk melindungi diri dari rasa sakit. Dengan menyimpan pilihan cadangan, kita merasa lebih siap menghadapi kemungkinan putus di kemudian hari. Namun, strategi ini seringkali justru menghambat kemampuan kita untuk benar-benar terlibat dan berkomitmen dalam hubungan yang sedang berjalan.

Untuk mengatasi fenomena backburner, komunikasi yang terbuka dan jujur dengan pasangan menjadi kunci. Membicarakan perasaan, kekhawatiran, dan harapan dalam hubungan dapat membantu pasangan untuk saling memahami dan mencari solusi bersama. Selain itu, memfokuskan diri pada hubungan saat ini, menghargai pasangan, dan menghindari membandingkan dengan orang lain juga dapat membantu memperkuat ikatan dalam hubungan.

Backburner mungkin menjadi realitas yang sulit dihindari dalam dunia yang semakin kompleks ini. Namun, dengan kesadaran, komunikasi yang baik, dan komitmen untuk saling memahami, kita dapat mengelola fenomena ini dengan bijak dan membangun hubungan yang lebih sehat dan bermakna.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline