Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Wijaya

Dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Gorontalo

Pergulatan Hukum dan Politik: Harmoni dalam Senandung Keberkecualian

Diperbarui: 21 Juli 2023   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di tengah-tengah kerumitan zaman yang terus bergulir, terhampar dua elemen paling menonjol dalam masyarakat manusia: politik dan hukum. Keduanya saling berhadapan, bertautan dalam rimba takdir zaman. Seperti dua pasang kekasih yang terusik oleh godaan takdir, perangai dan pandangan hidup mereka seringkali tak seiring sejalan. Namun, di balik hingar-bingar dan pergulatan mereka, terdapat harmoni dalam senandung keberkecualian yang abadi.

Politik adalah panggung pentas takdir, tempat para aktor hebat berlomba mengejar cita-cita dan ambisi. Itu adalah dunia yang diwarnai oleh intrik, kepentingan, dan kekuasaan. Seorang politikus bermain peran sebagai penggerak, mengejar visi mereka untuk mencapai kejayaan dalam panggung kehidupan publik. Di tengah gemerlap sorotan, politik sering kali melupakan etika dan moralitas, tenggelam dalam kabut ambisi yang membutakan mata hati nurani.

Di lain sisi, hukum adalah penjaga keadilan, yang berdiri teguh sebagai pelindung hak-hak dan kepentingan seluruh warga. Hukum adalah simbol keadilan yang adil dan menyeimbangkan, menuntun langkah manusia untuk hidup berdampingan dalam harmoni. Seperti senandung yang merdu, hukum memberikan kepastian dan ketentraman bagi para penari di panggung kehidupan.

Namun, adakalanya politik mengekang hukum, mencoba mengubah jalur senandungnya sesuai dengan keinginannya. Keberkecualian dan privilège menjadi permata tersembunyi di koridor kekuasaan. Pengaruh dan kekuasaan politik menuntun jalannya hukum dengan membelokkan pilihan-pilihan yang rasional, dan menjadikannya alat bagi kepentingan penguasa semata.

Politikus yang pandai bermain dengan perasaan dan emosi massa, menjadikan hukum sebagai alat untuk mengendalikan arus opini. Dalam tarian yang tak bertepi, keadilan seringkali terinjak-injak, dan orang-orang berjalan dalam lingkaran kebingungan, meratapi takdir yang seakan sudah tertulis.

Tetapi hukum bukanlah sekadar pemeran sampingan dalam sandiwara politik. Hukum, meskipun pada akhirnya dipengaruhi oleh politik, memilik kekuatan rahasia dalam menyusun lagu-lagu keadilan yang mengalun indah di dalam dada setiap insan manusia. Hukum adalah sahabat sejati yang menemani politikus dalam perjalanan kehidupan, menasihati ketika terdapat ambiguitas dan menjaga integritas ketika kekuasaan mencoba mengambil alih kendali.

Seperti gemulai bunga yang berkembang, hukum membawa harumnya keadilan bagi semua tanpa memandang status sosial, ras, atau agama. Ia adalah ayunan keadilan yang berada dalam ekuilibrium, membawa keselarasan bagi seluruh aspek kehidupan.

Kesulitan terbesar dalam pergulatan antara politik dan hukum adalah memahami bahwa keduanya sejatinya adalah elemen yang berbeda tetapi saling melengkapi. Politik mewakili aspirasi dan visi, sementara hukum mengatur dan menerjemahkannya ke dalam peraturan yang konkret. Bagai sinar dan bayangan, keduanya tak terpisahkan satu sama lain.

Namun, kita tak dapat menyangkal bahwa politikus kadangkala cenderung bermain di luar batas hukum. Mereka menggunakan hukum seolah itu adalah perangkat pemuas hasrat mereka, bukan alat untuk mencapai keadilan. Ini menyebabkan pergulatan dan ketegangan yang tak pernah berakhir, menghantui harmoni yang seharusnya mereka bawa.

Dalam merayu hukum, politikus seringkali menari dengan cenderung tak terkendali. Mereka melupakan bahwa ada garis batas yang tak boleh dilanggar. Bagai bidadari hukum yang berdiri tegak, ia takkan bergeming walau politikus berusaha untuk mencoba menariknya ke dalam gurun keriuhan dan kepentingan.

Sebagai masyarakat yang mencita-citakan perdamaian dan kemakmuran, kita harus menyadari pentingnya keselarasan di antara politik dan hukum. Bagaimanapun, hukum adalah alat penting yang membawa arah yang benar bagi politik, mengingatkan agar politikus tak lupa dengan sifat kemanusiaan dan persamaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline