Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Rusdiana

Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Pikiran yang Siap: Kunci Kepemimpinan Fleksibel untuk Pendidikan Era 5.0

Diperbarui: 12 Januari 2025   18:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Gramedia, tersedia https://www.gramedia.com/products/berpikir-dan-bertindak-cepat?is_open_image_preview=(dimodifikasi)

Pikiran yang Siap: Kunci Kepemimpinan Fleksibel untuk Pendidikan di Era 5.0

Oleh: A. Rusdiana

Era 5.0 ditandai oleh disrupsi teknologi, globalisasi, dan perubahan cepat dalam kebutuhan masyarakat. Pemimpin pendidikan, termasuk kepala sekolah, dosen, dan pejabat pendidikan, dihadapkan pada tantangan besar untuk memastikan sistem pendidikan tetap relevan dan berdaya saing. Dalam konteks ini, kemampuan untuk memiliki pikiran yang siap yang mampu menghadapi ketidakpastian, beradaptasi, dan mengambil keputusan yang tidak konvensional adalah ciri penting dari pemimpin kolaboratif. Nick Lovegrove dan Matthew Thomas dalam teori mereka tentang gaya kepemimpinan kolaboratif menekankan bahwa pikiran yang siap adalah elemen kunci dalam membangun ekosistem kolaboratif yang sukses. Namun, di Indonesia, banyak pemimpin pendidikan yang masih enggan menghadapi perubahan atau terlalu bergantung pada metode konvensional. Hal ini menciptakan kesenjangan (GAP) antara tantangan global dan kesiapan sistem pendidikan kita. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasi pentingnya pikiran yang siap dalam kepemimpinan pendidikan, terutama untuk menghadapi tantangan di era 5.0 dan menyongsong visi Indonesia Emas 2045. Berikut, lima elemen penting dari pikiran yang siap dalam kepemimpinan pendidikan:

Pertama: Adaptasi terhadap Ketidakpastian; Pemimpin pendidikan perlu memiliki keberanian untuk menghadapi ketidakpastian, seperti penerapan kurikulum berbasis teknologi atau penyesuaian dengan standar pendidikan global. Sebagai contoh, seorang kepala sekolah yang siap dengan pikiran terbuka dapat mengadopsi pembelajaran hybrid meskipun awalnya menghadapi resistensi dari guru atau siswa. Adaptasi ini menjadi fondasi penting dalam menciptakan sistem pendidikan yang tangguh.

Kedua: Berani Mengambil Keputusan Tidak Konvensional; Pikiran yang siap memungkinkan pemimpin mengambil keputusan yang tidak konvensional namun strategis. Misalnya, rektor universitas dapat mengalokasikan anggaran untuk program inkubator bisnis mahasiswa, meskipun investasi awal terlihat besar. Keputusan seperti ini tidak hanya mendukung inovasi tetapi juga menciptakan dampak jangka panjang bagi lulusan.

Ketiga: Menerima dan Mengelola Risiko; Pemimpin kolaboratif dengan pikiran yang siap mampu menerima risiko sebagai bagian dari proses inovasi. Dalam pendidikan, risiko sering kali terkait dengan kegagalan awal saat menerapkan kebijakan baru. Namun, pemimpin yang siap berpikir akan melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan meningkatkan sistem.

Keempat: Mendorong Pembelajaran Berkelanjutan; Pikiran yang siap juga berarti komitmen untuk terus belajar. Guru dan dosen yang menjadi pemimpin di bidangnya perlu terus memperbarui pengetahuan mereka melalui pelatihan, seminar, dan kolaborasi lintas sektor. Misalnya, pelatihan kecerdasan buatan bagi dosen dapat meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan era digital.

Kelima: Kolaborasi untuk Mendukung Perubahan; Pemimpin pendidikan dengan pikiran yang siap memahami pentingnya kolaborasi untuk mendukung perubahan. Contohnya, seorang kepala sekolah dapat bermitra dengan penyedia teknologi untuk meningkatkan fasilitas digital di sekolah. Kolaborasi ini mempercepat proses transformasi pendidikan, menjadikannya lebih inklusif dan adaptif.

Pikiran yang siap adalah karakteristik utama dari pemimpin pendidikan yang efektif di era 5.0. Dengan adaptasi terhadap ketidakpastian, keberanian mengambil keputusan tidak konvensional, kemampuan mengelola risiko, komitmen terhadap pembelajaran berkelanjutan, dan kolaborasi, pemimpin dapat menciptakan sistem pendidikan yang tangguh dan inovatif. Hal ini akan berimplikasi kepada: 1) Para Pimpinan/Kepala Sekolah dan Rektor: Dorong keberanian untuk mengadopsi kebijakan inovatif, meskipun menghadapi risiko awal; 2) Guru dan Dosen: Tingkatkan kompetensi melalui pelatihan dan pembelajaran berkelanjutan untuk mendukung visi pendidikan unggul; 3) Bagi Pemerintah dan Pemangku Kepentingan: Sediakan dukungan kebijakan dan sumber daya untuk mendorong kolaborasi lintas sektor dalam pendidikan.

Dengan pikiran yang siap, pemimpin pendidikan tidak hanya menghadapi tantangan di era 5.0 tetapi juga menciptakan generasi unggul yang siap membawa Indonesia menuju visi emas 2045. Wallahu A'lam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline