Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Rusdiana

Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Kolaborasi Global: Strategi Pengembangan Kurikulum Era 5.0

Diperbarui: 7 Januari 2025   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: BIMUS, tersedia di https://bimus.ac.id/berita/kolaborasi-internasional-peran-kampus-dalam-membangun-jaringan-global

Kolaborasi Global: Strategi Pengembangan Kurikulum Era 5.0

Oleh: A. Rusdiana

Perkembangan teknologi yang pesat di era 5.0 menghadirkan tantangan sekaligus peluang bagi pendidikan tinggi Indonesia. Dalam menghadapi revolusi industri ini, kolaborasi dengan institusi pendidikan internasional menjadi salah satu langkah strategis untuk memastikan relevansi kurikulum terhadap kebutuhan global. Teori pembelajaran kolaboratif menekankan pentingnya kemitraan lintas budaya untuk mengoptimalkan transfer ilmu dan teknologi. Namun, saat ini terdapat GAP (kesenjangan) antara kurikulum nasional dengan kebutuhan pasar global. Keterbatasan akses terhadap praktik terbaik dunia menjadikan lulusan belum sepenuhnya kompetitif di tingkat internasional. Tulisan ini penting untuk menggambarkan langkah operasional dalam membangun kolaborasi internasional yang memperkuat kualitas pendidikan dan talenta muda Indonesia guna menyongsong Indonesia Emas 2045. Berikut 5 langkah operasional dalam membangun kolaborasi internasional yang memperkuat kualitas pendidikan:

Pertama: Kemitraan dalam Pengembangan Modul Inovatif; Kolaborasi dengan universitas internasional memungkinkan adaptasi modul berbasis teknologi mutakhir, seperti robotik dan AI. Sebagai contoh, kerja sama dengan universitas di Jepang telah menghasilkan modul pembelajaran robotik yang memberikan pemahaman mendalam tentang revolusi industri. Talenta muda, khususnya mahasiswa program Magister Pendidikan Islam (MPI) S2, dilatih untuk memahami penerapan teknologi dalam berbagai sektor industri.

Kedua: Transfer Pengetahuan melalui Program Pertukaran; Program pertukaran mahasiswa dan dosen dengan universitas ternama di luar negeri memberikan peluang untuk mempelajari praktik terbaik. Dosen dapat memperkaya wawasan pedagogi mereka, sementara mahasiswa mendapat pengalaman langsung terkait standar pendidikan internasional. Hal ini mendorong kemampuan adaptasi talenta muda terhadap lingkungan kerja global.

Ketiga: Pengembangan Riset Kolaboratif; Melalui kolaborasi internasional, penelitian bersama dapat dilakukan untuk menjawab tantangan era 5.0, seperti otomasi, keberlanjutan, dan kecerdasan buatan. Misalnya, penelitian kolaboratif antara Prodi MPI S2 dan universitas di Eropa telah menghasilkan solusi praktis untuk integrasi teknologi dalam pembelajaran.

Keempat: Peningkatan Kompetensi Dosen dan Tenaga Pendidik; Keterlibatan dosen dalam pelatihan internasional memperkuat kompetensi mereka dalam mengajar sesuai standar global. Pelatihan blended learning yang diterapkan di Inggris, misalnya, telah membantu dosen MPI memahami cara terbaik memanfaatkan teknologi digital dalam kelas.

Kelima: Akses ke Sumber Daya Internasional; Kemitraan dengan institusi global juga membuka akses ke sumber daya seperti perpustakaan digital, software, dan alat laboratorium canggih. Hal ini memungkinkan mahasiswa untuk belajar dengan fasilitas setara universitas dunia, meningkatkan daya saing mereka di pasar kerja.

Kolaborasi dengan institusi internasional adalah kunci untuk memastikan kurikulum pendidikan tinggi Indonesia relevan dan kompetitif di tingkat global. Program pertukaran, riset kolaboratif, serta pelatihan dosen menjadi elemen penting dalam membangun talenta muda yang siap menghadapi tantangan era 5.0. Dengan ini, merekomendasikan bahwa: 1) para Pimpinan universitas perlu memperluas jejaring kerja sama dengan institusi internasional; 2) Dosen dan tenaga kependidikan didorong untuk aktif mengikuti pelatihan internasional guna meningkatkan kompetensi; 3) Mahasiswa diberikan lebih banyak akses ke program pertukaran dan riset kolaboratif; 4) Pemerintah perlu memberikan dukungan regulasi dan pendanaan untuk memperkuat kemitraan global di bidang pendidikan.

Dengan strategi ini, Indonesia tidak hanya mampu menyongsong era 5.0 tetapi juga berkontribusi signifikan dalam pembangunan bangsa menuju Indonesia Emas 2045.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline