Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Rusdiana

Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Penggunaan Game Edukasi untuk Membangun Empati Menuju Indonesia Emas 2045

Diperbarui: 8 Oktober 2024   04:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Datadikdasmen. Tersedia di https://www.datadikdasmen.com

Penggunaan Game Edukasi untuk Membangun Empati Menuju Indonesia Emas 2045

Oleh: A. Rusdiana

Di era digital, teknologi memberikan berbagai peluang baru dalam dunia pendidikan, salah satunya melalui penggunaan game edukasi. Game yang dirancang dengan tujuan moral dan sosial dapat membantu siswa mengembangkan empati, rasa kemanusiaan, dan kerja sama yang erat. 

Di tengah bonus demografi 2030 dan upaya menuju Indonesia Emas 2045, penting bagi sistem pendidikan untuk memanfaatkan teknologi ini guna membentuk karakter siswa yang peduli dan peka terhadap kondisi orang lain. 

Namun, masih ada kesenjangan dalam penerapan game edukasi secara sistematis untuk tujuan pembentukan karakter. Oleh karena itu, tulisan ini menyoroti pentingnya penggunaan game edukasi untuk membangun empati siswa. Untuk lebih mendalami dan memahami kepentingan itu, mari kita brake down satu persatu:

Pertama: Simulasi Sosial untuk Meningkatkan Kesadaran terhadap Realitas Kehidupan Game edukasi dengan simulasi sosial memungkinkan siswa untuk merasakan kehidupan yang berbeda dari keseharian mereka. Melalui permainan yang mensimulasikan kehidupan di daerah miskin atau situasi krisis, seperti "Ayiti: The Cost of Life" atau "SPENT," siswa diajak untuk mengambil keputusan sulit yang dihadapi oleh individu yang hidup dalam keterbatasan. 

Pengalaman ini membantu siswa memahami tantangan kehidupan yang dihadapi oleh orang lain, meningkatkan rasa simpati, dan memperkuat kesadaran sosial. Dengan menghadapi konsekuensi dari pilihan dalam permainan, siswa diharapkan mampu mengaplikasikan pelajaran ini dalam kehidupan nyata dengan sikap yang lebih empatik.

Kedua: Menghadapi Skenario Moral untuk Mengasah Keputusan Etis Game edukasi yang dirancang dengan skenario moral memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempertimbangkan konsekuensi dari setiap tindakan mereka. Contohnya, game seperti "Quandary" menempatkan siswa dalam posisi untuk membuat keputusan yang memengaruhi kehidupan komunitas fiktif. Setiap pilihan membawa dampak moral yang berbeda, sehingga mendorong siswa untuk berpikir lebih mendalam tentang tanggung jawab mereka terhadap orang lain. Dengan berlatih mengambil keputusan yang berorientasi pada moralitas, siswa belajar pentingnya menghargai nilai-nilai kemanusiaan, kerja sama, dan keadilan dalam berbagai situasi.

Ketga: Mengembangkan Rasa Kepedulian Melalui Narasi Game Salah satu aspek yang paling menarik dari game edukasi adalah kemampuan mereka untuk membawa siswa masuk ke dalam cerita yang menggerakkan emosi. Melalui narasi yang mendalam, game dapat menyampaikan pesan-pesan moral yang kuat. Misalnya, game seperti "That Dragon, Cancer" memberikan pandangan tentang rasa sakit, kehilangan, dan cinta keluarga. 

Siswa yang terlibat dalam permainan seperti ini tidak hanya berpartisipasi dalam pengalaman naratif tetapi juga mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang perasaan dan kesulitan yang dialami oleh orang lain. Dampak emosional dari game ini dapat memperkuat empati dan rasa peduli terhadap sesama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline