Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Rusdiana

Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Membangun Jaringan Pendukung: Strategi Praktis untuk Meningkatkan Ketahanan Talenta Muda di Era MBKM

Diperbarui: 6 Oktober 2024   08:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: UNDIKNAS, tersedia di undiknas.ac.id/

Membangun Jaringan Pendukung: Strategi Praktis untuk Meningkatkan Ketahanan Talenta Muda di Era MBKM

Oleh: A. Rusdiana

Bonus demografi 2030 akan menjadi momentum penting bagi Indonesia dalam mencetak generasi muda yang kompeten dan siap menghadapi tantangan. Salah satu kunci sukses yang sering diabaikan dalam dunia pendidikan adalah pentingnya membangun jaringan pendukung yang kuat. Dukungan dari mentor, teman, dan keluarga tidak hanya membantu dalam menyelesaikan masalah teknis, tetapi juga sangat berperan dalam mengatasi tekanan emosional dan psikologis yang mungkin muncul. Menurut teori support network, jaringan sosial yang positif dapat meningkatkan resiliensi dan ketahanan mental seseorang dalam menghadapi tekanan. Namun, banyak mahasiswa yang belum memahami betapa pentingnya jaringan pendukung ini. Ada kesenjangan (GAP) di mana sistem pendidikan formal sering kali tidak secara eksplisit mengajarkan mahasiswa cara membangun dan memelihara jaringan ini. Oleh karena itu, penting untuk menjadikan pembentukan jaringan pendukung sebagai bagian dari kurikulum MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) guna mempersiapkan talenta muda menuju Indonesia Emas 2045. Untuk lebih mendalami dan memahami kepentingan itu, mari kita brake down satu persatu:

Pertama: Dukungan Mentor sebagai Pembimbing Profesional dan Emosional; Mentor memainkan peran yang sangat penting dalam membimbing mahasiswa, baik dari segi profesional maupun emosional. Mentor dapat membantu mahasiswa dalam memberikan panduan karier, memberi nasihat, serta memberikan dukungan ketika mereka merasa tertekan. Program MBKM harus lebih banyak menawarkan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan mentor yang tepat, baik dari lingkungan akademik maupun dunia kerja. Hubungan mentor-mentee ini tidak hanya membantu mahasiswa mencapai tujuan karier, tetapi juga meningkatkan ketahanan mereka terhadap tekanan yang ada.

Kedua: Teman Sebagai Sumber Dukungan Kolaboratif; Teman-teman sebaya di lingkungan akademik maupun komunitas profesional juga memiliki peran signifikan sebagai jaringan pendukung. Program MBKM dapat mendorong mahasiswa untuk aktif dalam kelompok belajar, proyek kolaboratif, atau organisasi mahasiswa di mana mereka dapat berbagi tantangan dan mencari solusi bersama. Dengan saling mendukung satu sama lain, mahasiswa dapat meredakan tekanan yang mereka alami, sekaligus belajar dari pengalaman dan sudut pandang orang lain. Kolaborasi ini menciptakan rasa saling percaya dan kerja sama yang penting dalam membentuk resiliensi.

Ketiga: Komunitas sebagai Ruang Berbagi Pengalaman dan Belajar; Selain mentor dan teman, membangun komunitas yang saling mendukung juga sangat penting untuk membantu mahasiswa menghadapi tekanan. MBKM dapat memfasilitasi pembentukan komunitas yang beranggotakan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu dan latar belakang. Di dalam komunitas ini, mahasiswa dapat saling berbagi pengalaman, belajar dari kegagalan, serta menemukan solusi bersama untuk masalah yang mereka hadapi. Komunitas semacam ini menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi mahasiswa untuk berkembang secara mental dan profesional.

Keempat: Dukungan Keluarga Sebagai Fondasi Ketahanan Emosional; Di luar lingkungan akademik, keluarga juga berperan sebagai jaringan pendukung yang tak tergantikan. Dukungan emosional yang kuat dari keluarga dapat membantu mahasiswa tetap tenang dan fokus ketika menghadapi tekanan dari dunia pendidikan maupun dunia kerja. Keluarga dapat memberikan semangat dan dorongan moral yang sangat dibutuhkan ketika seseorang merasa putus asa atau kehilangan arah. Program MBKM bisa mengadakan seminar atau workshop yang melibatkan peran keluarga dalam mendukung pendidikan mahasiswa, sehingga tercipta sinergi yang baik antara keluarga dan institusi pendidikan.

Kelima: Pemeliharaan Jaringan dan Komunikasi yang Berkelanjutan; Membangun jaringan pendukung tidak hanya berhenti pada tahap pembentukan, tetapi juga harus dipelihara secara berkelanjutan. Mahasiswa perlu diajarkan bagaimana cara menjaga komunikasi yang baik dengan mentor, teman, komunitas, dan keluarga agar hubungan tersebut tetap erat dan saling mendukung. Program MBKM dapat mengajarkan mahasiswa untuk aktif mengikuti pertemuan-pertemuan jaringan profesional, tetap terlibat dalam komunitas, serta rutin berkomunikasi dengan mentor dan keluarga. Dengan menjaga hubungan ini, mahasiswa akan selalu memiliki sistem pendukung yang dapat diandalkan saat menghadapi tantangan di masa depan.

Membangun jaringan pendukung yang kuat merupakan salah satu strategi kunci dalam meningkatkan ketahanan mental talenta muda di era MBKM. Dukungan yang diberikan oleh mentor, teman, komunitas, dan keluarga tidak hanya membantu mahasiswa mengatasi tekanan, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk lebih tangguh menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif. Rekomendasi utama adalah agar institusi pendidikan dan program MBKM terus memfasilitasi pembentukan dan pemeliharaan jaringan pendukung ini. Dengan adanya jaringan pendukung yang kuat, mahasiswa dapat lebih siap menghadapi tantangan dan berkontribusi secara maksimal dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline