Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Rusdiana

Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Peningkatan Kompetensi melalui Pengalaman Lapangan dalam Menghadapi Bonus Demografi 2030

Diperbarui: 19 September 2024   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Highland Experience Indonesia Tersedia di https://highlandexperience.co.id/

 

Peningkatan Kompetensi Melalui Pengalaman Lapangan dalam Menghadapi Bonus Demografi 2030

Oleh: A. Rusdiana

Bonus demografi 2030 menjadi peluang besar bagi Indonesia, namun juga tantangan, terutama dalam bidang pendidikan. Talenta muda harus dipersiapkan dengan kompetensi yang relevan untuk mengisi berbagai kebutuhan tenaga kerja di era tersebut. 

Salah satu pendekatan yang efektif adalah melalui pengalaman lapangan yang ditawarkan dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Pengalaman lapangan, seperti pengabdian masyarakat dan asistensi mengajar, memberikan siswa kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan dunia nyata.

 Teori experiential learning (Kolb, 1984) menekankan bahwa pembelajaran melalui pengalaman langsung lebih efektif karena melibatkan pemecahan masalah nyata, refleksi, dan adaptasi terhadap lingkungan dinamis. 

Meskipun program MBKM telah membuka peluang bagi mahasiswa untuk belajar di luar kampus, tantangan utama adalah bagaimana memastikan bahwa pengalaman ini benar-benar meningkatkan kompetensi teknis dan profesional mereka, terutama di bidang mengajar yang sangat vital dalam mencetak generasi muda di masa depan. 

Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana pengalaman lapangan melalui program MBKM dapat menjadi alat yang kuat dalam meningkatkan kompetensi mahasiswa, mempersiapkan mereka untuk menghadapi bonus demografi dan tantangan global di era industri 4.0. Untuk lebih memahami mengenai Peningkatan Kompetensi Melalui Pengalaman Lapangan dalam Menghadapi Bonus Demografi 2030. Mari kita  brake down, satu persatu: 

Pertama; Pengembangan Kemampuan Kolaborasi; Pengalaman lapangan mendorong mahasiswa untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, baik rekan sejawat, pengajar, maupun masyarakat. Kolaborasi ini mengasah kemampuan komunikasi interpersonal dan memecahkan masalah bersama, keterampilan yang sangat diperlukan dalam dunia kerja yang semakin mengglobal. Mahasiswa yang terlibat dalam program pengabdian kepada masyarakat atau asistensi mengajar juga belajar menghadapi dinamika kelompok dan bagaimana mengelola konflik secara konstruktif.

Kebua:  Peningkatan Kemampuan Kepemimpinan; Pengalaman lapangan menempatkan mahasiswa dalam situasi di mana mereka harus mengambil inisiatif dan memimpin proyek atau kegiatan. Dalam konteks asistensi mengajar, misalnya, mahasiswa sering kali harus memimpin kelas, membuat keputusan mendadak, dan mengelola sumber daya manusia. Hal ini membentuk kepercayaan diri mereka dalam mengambil tanggung jawab yang lebih besar di masa depan.

Ketiga: Pengasahan Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah; Melalui pengalaman langsung di lapangan, mahasiswa dihadapkan pada masalah-masalah nyata yang membutuhkan solusi praktis. Mereka tidak hanya diminta untuk memahami teori, tetapi juga mengaplikasikannya dalam situasi yang kompleks. Misalnya, dalam pengabdian masyarakat, mahasiswa mungkin harus merancang solusi inovatif untuk mengatasi masalah pendidikan atau kesehatan di desa-desa terpencil, yang melibatkan analisis kritis dan pendekatan multidisipliner.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline