Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Rusdiana

Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Ketenangan dalam Situasi Sulit: Keterampilan Profesional Mahasiswa dalam Asistensi Mengajar MBKM

Diperbarui: 12 September 2024   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Wikihow, tersedia di https://id.wikihow.com/agar-Tetap-Tenang-dalam-Situasi-yang-Penuh-dengan-Tekanan

Ketenangan dalam Situasi Sulit: Keterampilan Profesional Mahasiswa dalam Asistensi Mengajar MBKM

Oleh: A. Rusdiana

Di era global yang penuh tantangan, dunia kerja semakin kompleks dengan berbagai situasi yang tidak terduga. Mahasiswa yang terlibat dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) melalui asistensi mengajar sering kali menghadapi tekanan dan situasi sulit, seperti siswa yang sulit diatur atau kondisi kelas yang tiba-tiba berubah. Ketenangan dalam situasi sulit menjadi keterampilan esensial untuk membangun profesionalisme dan menjaga kestabilan mental dalam menjalani karier di masa depan. Teori ketenangan dalam menghadapi tekanan mencakup aspek-aspek pengendalian emosi, pengambilan keputusan rasional, dan kepemimpinan situasional. Namun, kesenjangan (GAP) antara teori dan praktik sering terjadi karena mahasiswa belum cukup terlatih untuk mengatasi tekanan di lapangan. Oleh karena itu, penting untuk mengasah keterampilan ini sejak dini, khususnya dalam konteks kegiatan asistensi mengajar melalui MBKM, agar mahasiswa siap menghadapi tantangan di era bonus demografi 2030. Untuk lebih memahami mengenai Ketenangan dalam Situasi Sulit,  mari kita  brake down, satu persatu: 

Pertama: Pengelolaan Emosi dalam Situasi Sulit; Dalam situasi yang menekan, kemampuan untuk mengelola emosi adalah kunci untuk tetap tenang dan rasional. Mahasiswa MBKM yang menghadapi tantangan mengajar, seperti siswa yang tidak kooperatif atau kelas yang gaduh, harus mampu menahan diri dari reaksi emosional yang berlebihan. Teknik seperti pernapasan dalam, mindfulness, dan self-reflection dapat membantu mereka tetap tenang dan menjaga fokus pada solusi.

Kedua: Pengambilan Keputusan yang Tepat di Bawah Tekanan; Ketenangan memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik di bawah tekanan. Saat situasi kelas tidak berjalan sesuai rencana, mahasiswa yang tenang akan mampu menganalisis masalah dengan jernih dan mengambil langkah yang paling tepat. Ini adalah keterampilan yang sangat dihargai dalam dunia kerja, di mana keputusan yang tergesa-gesa sering kali membawa dampak negatif.

Ketiga: Komunikasi Efektif dalam Keadaan Krisis; Saat menghadapi situasi sulit, kemampuan untuk berkomunikasi dengan tenang dan jelas sangat penting. Mahasiswa MBKM yang dapat berkomunikasi dengan baik di hadapan tekanan, baik kepada siswa, guru, maupun rekan sejawat, akan lebih mudah mengatasi situasi dan menjaga keharmonisan dalam lingkungan mengajar. Komunikasi yang tenang juga mencerminkan profesionalisme dan kesiapan menghadapi dunia kerja.

Keempat: Fleksibilitas dan Adaptabilitas; Ketenangan dalam situasi sulit juga berkaitan dengan kemampuan untuk tetap fleksibel dan beradaptasi dengan perubahan yang cepat. Mahasiswa MBKM yang terbiasa tenang akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan perubahan mendadak dalam pengajaran, seperti metode pembelajaran yang harus diubah, atau alat bantu belajar yang tiba-tiba tidak berfungsi. Fleksibilitas ini menjadi aset penting dalam menghadapi dunia kerja yang penuh ketidakpastian.

Kelima: Pengembangan Diri melalui Refleksi; Setelah menghadapi situasi sulit, penting bagi mahasiswa untuk melakukan refleksi diri. Refleksi membantu mereka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka dalam mengatasi tekanan. Ketenangan bukan hanya tentang mengelola momen krisis, tetapi juga tentang kemampuan untuk belajar dari pengalaman tersebut, sehingga mereka dapat berkembang menjadi profesional yang lebih baik di masa depan.

Ketenangan dalam situasi sulit adalah keterampilan penting yang harus dimiliki oleh mahasiswa MBKM dalam asistensi mengajar, terutama dalam menghadapi bonus demografi 2030. Pengelolaan emosi, pengambilan keputusan yang tepat, komunikasi efektif, fleksibilitas, dan refleksi diri adalah lima aspek operasional yang harus terus diasah untuk meningkatkan profesionalisme mahasiswa. Untuk memaksimalkan potensi talenta muda di masa depan, perguruan tinggi dan program MBKM harus memberikan pelatihan yang lebih intensif dalam keterampilan manajemen diri, khususnya dalam menghadapi tekanan. Mahasiswa yang memiliki ketenangan dan profesionalisme akan lebih siap memasuki dunia kerja dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia di era bonus demografi. Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline