Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Rusdiana

Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Pantun Program Penyuluhan dan Kampanye Soaial: Memanfaatkan Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Efektifitas Komunikasi di Era Bonus Demografi 2030

Diperbarui: 4 Agustus 2024   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Lazismu, tersedia di https://lazismu.org/view/unik-abdul-muti-ajak-masyarakat-donasi-melalui-pantun

Pantun dalam Program Penyuluhan dan Kampanye Sosial: Memanfaatkan Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Efektivitas Komunikasi di Era Bonus Demografi 2030

Oleh: A. Rusdiana

Pantun, sebuah bentuk puisi tradisional yang kaya akan budaya Indonesia, telah lama menjadi bagian integral dari komunikasi sosial. Dengan ciri khasnya yang berima dan mudah diingat, pantun memiliki potensi besar dalam penyuluhan dan kampanye sosial. Di era menjelang bonus demografi 2030, Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menyebarluaskan pesan-pesan penting secara efektif kepada populasi yang semakin besar dan beragam. Fenomena ini menuntut metode komunikasi yang inovatif dan berdaya jangkau luas. Mengintegrasikan pantun dalam kampanye sosial dapat menjembatani GAP antara pesan dan penerima dengan cara yang menarik dan mudah diterima. Tulisan ini akan membahas bagaimana penggunaan pantun dapat meningkatkan efektivitas program penyuluhan dan kampanye sosial di Indonesia. Mari kita breakdown, satu persatu: 

Pertama: Sederhana dan Mudah Diingat; Pantun memiliki struktur sederhana dan berima yang memudahkan orang untuk mengingat pesan yang disampaikan. Dalam program penyuluhan kesehatan, misalnya, pantun tentang kebiasaan makan sehat atau pentingnya vaksinasi dapat dengan mudah dihafal dan diingat oleh masyarakat. Contoh pantun:

Makan sayur setiap hari,
Tubuh sehat jadi idaman.
Jangan lupa cuci tangan,
Hindari penyakit yang menular.

Penggunaan pantun semacam ini membuat pesan menjadi lebih mudah diserap dan diingat oleh berbagai lapisan masyarakat, termasuk generasi muda yang akan menjadi bagian dari bonus demografi.

Kedua: Menggabungkan Budaya Lokal dengan Pesan Sosial; Menggunakan pantun dalam kampanye sosial memungkinkan penggabungan antara budaya lokal dan pesan sosial. Ini menjadikan informasi lebih relevan dan mudah diterima karena sesuai dengan konteks budaya masyarakat. Misalnya, kampanye anti-narkoba bisa memanfaatkan pantun untuk menyampaikan pesan pencegahan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Jangan coba narkoba yang berbahaya,
Hidup sehat jauh lebih mulia.
Sahabat baik selalu ada,
Hindari semua yang mencelakakan kita.

Dengan cara ini, pantun menyatu dengan nilai-nilai lokal, membuat pesan lebih resonan dengan audiens.

Ketiga: Media Interaktif dan Kreatif; Pantun bisa digunakan dalam berbagai media interaktif, seperti media sosial, poster, atau acara komunitas. Ini memungkinkan penyampaian pesan dengan cara yang kreatif dan menarik. Dalam kampanye kebersihan lingkungan, pantun bisa menjadi bagian dari infografis atau video pendek yang dibagikan secara luas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline