Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Rusdiana

Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Lebih Dekat dengan Pembelajaran Diferensiasi: Strategi Peningkatan Talenta Muda Menyonsong Bonus Demografi 2030

Diperbarui: 23 Juli 2024   05:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: SMP Negeri 5 Satu Atap Bumijawa, tersedia di www.smpn5satapbumijawa.sch.id

 

Lebih Dekat dengan Pembelajaran Diferensiasi: Strategi Peningkatan Talenta Muda Menyongsong Bonus Demografi 2030

Pendahuluan Indonesia segera menyongsong era bonus demografi pada tahun 2030, di mana jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya. Situasi ini menghadirkan peluang besar sekaligus tantangan bagi bangsa, terutama dalam mengoptimalkan potensi talenta muda untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. 

Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan pendekatan pendidikan yang mampu mengakomodir keragaman kebutuhan, minat, dan gaya belajar siswa. Salah satu pendekatan yang relevan adalah pembelajaran diferensiasi. 

Menurut Ade Sintia Wulandari (2022), pembelajaran diferensiasi adalah usaha pendidik dalam menyesuaikan kegiatan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. 

Namun, implementasi pembelajaran diferensiasi di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala, termasuk kesiapan guru dan ketersediaan sumber daya pendidikan yang memadai. 

Oleh karena itu, tulisan ini penting untuk mengkaji bagaimana prinsip dan karakteristik pembelajaran diferensiasi dapat diterapkan secara efektif dalam konteks pendidikan Indonesia. Mari kita breakdown, satu persatu:  

Pertama: Lingkungan Belajar yang Mendukung; Lingkungan belajar yang nyaman dan aman sangat penting dalam pembelajaran diferensiasi. Lingkungan yang kondusif mencakup suasana di kelas, tata letak meja dan kursi, serta kondisi emosional siswa dan guru. 

Sebagai contoh, pengaturan ruang kelas yang fleksibel memungkinkan siswa untuk bekerja dalam kelompok atau individu sesuai dengan preferensi mereka. 

Selain itu, menciptakan lingkungan emosional yang positif dengan dukungan guru dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa dalam proses belajar. 

Dalam konteks menghadapi bonus demografi, menciptakan lingkungan belajar yang inklusif akan membantu menyiapkan generasi muda yang adaptif dan siap berkontribusi dalam pembangunan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline