Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Rusdiana

Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Lebih Dekat dengan Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL): Kunci Peningkatan Talenta Muda Menuju Bonus Demografi 2030

Diperbarui: 22 Juli 2024   02:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Ghirah Belajar, tersedia di ghirahbelajar.com

Lebih Dekat dengan Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL): Kunci Peningkatan Talenta Muda Menuju Bonus Demografi 2030

Oleh: A. Rusdiana

Indonesia akan segera menyongsong era bonus demografi pada tahun 2030 mendatang, di mana jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya. Kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan baik agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. 

Namun, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mempersiapkan talenta muda yang memiliki keterampilan yang relevan dan siap bersaing di era industri 4.0. Pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning atau PBL) merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan keterampilan abad 21. 

PBL menekankan pada pembelajaran melalui pengalaman langsung dengan menyelesaikan proyek yang kompleks dan menantang. Metode ini tidak hanya mengajarkan pengetahuan akademis, tetapi juga keterampilan kritis, kolaborasi, dan pemecahan masalah. 

Meskipun PBL mulai banyak digunakan di sekolah dan lingkungan pendidikan lainnya, masih banyak kesalahpahaman mengenai apa yang membedakan PBL dari "mengerjakan proyek" biasa. 

Tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasi karakteristik utama dari PBL yang berkualitas tinggi dan bagaimana penerapannya dapat meningkatkan talenta muda di Indonesia dalam menghadapi bonus demografi 2030. Mari kita breakdown, satu persatu:  

Pertama: Karakteristik Utama PBL: Proyek Sebagai Hidangan Utama PBL bukan sekadar proyek singkat atau proyek pencuci mulut yang disajikan setelah konten utama diajarkan. 

Dalam PBL, proyek tersebut adalah unit pembelajaran itu sendiri. Proyek ini memuat dan membingkai kurikulum dan instruksi, sehingga siswa belajar melalui pengalaman langsung.

Kedua: Pemikiran Kritis dan Pemecahan Masalah PBL menuntut siswa untuk menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan pemecahan masalah. Mereka tidak hanya mengingat informasi, tetapi juga harus mampu menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan solusi inovatif untuk permasalahan yang kompleks.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline