Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Rusdiana

Praktisi Pendidikan, Penulis, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung-Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat

Pengaruh Metakognitif pada Proses Pembelajaran, Mengembangkan Talenta Muda untuk Era Bonus Demografi 2030

Diperbarui: 19 Juli 2024   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Untitled. Tersedia di https://repository.um-surabaya.ac.id dimodifikasi deganEjournal Undiksha

Pengaruh Metakognitif pada Proses Pembelajaran: Mengembangkan Talenta Muda untuk Era Bonus Demografi 2030

Oleh: A. Ruisdiana

Indonesia akan segera memasuki era bonus demografi pada tahun 2030, di mana jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya. Tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mempersiapkan talenta muda agar dapat berkontribusi secara maksimal dalam perekonomian. Proses pembelajaran yang efektif dan efisien menjadi kunci utama, dan di sini, peran metakognitif menjadi sangat penting. 

Metakognitif adalah kemampuan seseorang untuk mengatur dan mengontrol proses kognitifnya sendiri dalam belajar dan berpikir. Artikel ini akan membahas pengaruh metakognitif pada proses pembelajaran dan bagaimana penerapannya dapat meningkatkan kualitas talenta muda di Indonesia. Mari kita breakdown, satu persatu:   

Pertama:  Perencanaan dalam Pembelajaran: Metakognitif membantu peserta didik merancang strategi belajar yang efektif. Dalam tahap ini, peserta didik menentukan apa yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran, dan metode yang akan digunakan. Menurut Wati et al. (2015), perencanaan yang baik memungkinkan peserta didik untuk fokus dan memiliki arah yang jelas dalam belajar.

Kedua: Monitoring dan Evaluasi Diri: Kemampuan untuk memantau dan mengevaluasi perkembangan diri adalah bagian penting dari metakognitif. Peserta didik yang mampu memonitor kemajuan belajarnya dapat mengidentifikasi kesalahan dan melakukan perbaikan segera. Shen dan Liu (2011) menunjukkan bahwa pelatihan keterampilan metakognitif berbasis web dapat meningkatkan kemampuan self-monitor, meskipun belum optimal untuk self-modify dan self-evaluate.

Ketiga: Pengembangan Motivasi dan Keyakinan Diri: Motivasi belajar yang tinggi seringkali berkorelasi dengan keterampilan metakognitif yang baik. Puteh dan Ibrahim (2010) menyatakan bahwa peserta didik yang termotivasi dan memiliki strategi belajar yang jelas cenderung memiliki kinerja yang lebih baik. Keyakinan diri dalam mengatur proses belajar juga berperan dalam keberhasilan akademis.

Keempat: Kolaborasi dalam Pembelajaran: Dalam konteks pembelajaran kolaboratif, keterampilan metakognitif membantu dalam pencarian, pengklasifikasian, dan presentasi informasi. Gagniere et al. (2012) mengungkapkan bahwa proses ini tidak spontan tetapi membutuhkan tahapan yang terstruktur untuk memperoleh informasi yang tepat dan cepat.

Kelima: Pengembangan Keterampilan Intrapersonal dan Interpersonal: Metakognitif juga berhubungan dengan kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Peserta didik yang memiliki regulasi metakognitif yang tinggi cenderung memiliki pemahaman diri yang baik, kemampuan mengenali apa yang penting, serta hubungan yang baik dengan rekan dan guru. Mustikaningtyas et al. (2013) menyatakan bahwa keterampilan ini sangat penting untuk kesuksesan dalam pembelajaran dan interaksi sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline