saya sebagai seorang pengajar yang mana beberapa momen saya menemukan sedikit sekali di era 5.0 khalayak umum senang membahas tentang kitab kitab karangan ulama dahulu yang disebut kitab kuning, padahal secara keklasikannya kitab kuning sangat kuat keilmuannya untuk dipelajari , kita ambil contoh kecil berapa banyak pondok pesantren menggunakan kitab kuning sebagai rujukan dalam melaksanakan pembelajaran , kitab fiqh yang kita pelajari mau dari dasar sampai tingkatan paling tinggi ada,
Istilah kitab klasik sangat relatif dalam pengertiannya karena ada di kitab kuning yang sangat klasik ada yang agak klasik jadi dalam pelestariannya kita sebagai Pemuda zaman sekarang sepatutnya tetap melestarikan tinggalan tinggalan ulama zaman dulu karena dengan hal itu kita dapat ke barokahan yang tak terduga-duga terkadang memang dalam mempelajarinya itu sangat susah tapi ketika mendapatkannya akan ada kenikmatan tersendiri yang tiada tara.
Jadi bagi saya ironis sekali Jika sampai meninggalkan mempelajari kitab kuning yang itu sangat bermanfaat untuk diri kita dan juga orang lain sejuknya santri-santri di era 5.0 itu menjaga adat yang sudah dilakukan oleh kiai-kyainya dulu untuk tetap mempelajarinya sampai ke keturunan-keturunan kita.
Intinya di zaman sekarang bukan hanya sekedar mempelajari dan membaca kitab kuningnya saja tapi yang paling penting adalah bagaimana agar mampu menjawab orientalis juga yang sengaja mengawurkan pemahaman umat Islam karena yang kita tahu di zaman ini banyak aliran-aliran yang menyebar tanpa tahu dasarnya yang kita sendiri harus hati-hati dalam hal itu oleh karenanya mempelajari kitab turos yang ditinggalkan oleh ulama dulu sekiranya bisa menjawab argumen yang diutarakan oleh para orientalis.
nama pena : Aktuali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H