Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Sanukri

Berminat untuk pembangunan seni dan budaya

Kiyai Ngabehi Cakradana Syahbandar Kesultanan Banten

Diperbarui: 11 Februari 2020   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi istimewa

Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa Sultan Banten yang Ke VI tahun 1651-1682, pada saat kota Banten menjadi pusat niaga pada jaringan Asia dan Internasional, ada juga yang menyebut masa ini adalah masa emas Kesultanan Banten. ia dalah Kiyai Ngabehi Cakradana tidak di ketahui tanggal lahirnya, namun diperkirakan lahir sebelum tahun 1630, di ketahui bahwa ia adalah keturunan china dengan nama Tanseko. disebutkan dalam buku (Banten Sejarah Dan Peradaban Abad X-XVII) yang di tulis oleh Claud Guillot bahwa ia mengawali karirnya sebagai tukang besi.

Dalam sumber- sumber eropa di identifikaso bahwa Kiyai Ngabehi Cakradana sebagai sahbandar utama pelabuhan Banten atau dalam jabatan resmi kesultanan Banten sebagai kepala pelabuhan dan menteri perdagangan juga sebagai pemimpin masyarakat tiongho yang ada di Banten. Sebelum memegang jabatan syahbandar  Cakradana mengawali karir nya sebagai tukang besi kemudian menjadi kepala bea cukai dengan syahbandar utama waktu itu Kiyai Ngabehi Kaytsu yang juga merupakan keturunan china.

Dalam tradisi Kesultanan Banten sebelum memegang jabatan administrasi atau jabatan penting di Kesultanan Banten seseorang terlebih dahulu harus pindah agama dari agama sebelumnya menjadi beragama Islam bagi yang beragama selain Islam, pengangkatan dalam jabatan ini juga di sertai dengan pemberian gelar atau sebutan dalam hal ini Tanseko menjadi Kiyai Ngabehi Cakradana

Pada Tahun 1666 tercatat ia bersama kaytsu telah mengirimkan kapal- kapal dagang atas nama negara ke Quang nam suatu daerah di Cochin China yang di kuasai oleh dinasti nguyang. pada tahun yang sama juga melakukan perniagaan dengan orang portugis di kantor dagang denmark. Pada tahun ini bahkan Cakradana di sebut sebagai orang yang di sukai sultan. Kemudian pada tahun 1671-1672 ia berniaga dengan orang eropa di Banten untuk lada dengan orang denmark dan untuk kemenyan dengan orang inggris, kemudian pada tahun 1680 mengadakan perdagangan dengan Macau dan Conton China.

Pada masa tahun 1671-1680 ini merupakan masa dimana perniagaan Banten mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini tercatat pada tahun 1671 dilakukan pembangunan proyek besar- besaran di kesultanan Banten, salah satunya dengan membangun komplek permukiman di pecinan untuk menampung orang- orang china dan pembangunan jalan- jalan di lingkungan permukiman.

Di tahun yang sama di bangun juga dua jembatan batu, yang satu terletak di dalam kota sebelah utara istana, yang satunya lagi untuk melintas dari kota raja ke daerah niaga di Karangantu. dan ini di bangun di bawah kepemimpinan syahbandar Kiyai Ngabehi Cakradana. namun dua jembatan ini pada tahun 1682 ketika benda mengusai Banten di ubah oleh orang belanda yang ahli dalam jembatan.

Pengangkatan resmi Tanseko menjadi syahbandar atau kepala pelabuhan dan menteri perdagangan kesultanan banten pada tanggal 23 februari 1677

Kemudian pada tahun 1680 terjadi perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya yaitu Sultan Haji, maka terjadi pergolakan perebutan kekuasaan oleh sultan haji, pada saat ini kondisi politik dan pemerintahan di kesultanan banten memanas banyak orang- orang setia Sultan Ageng di berhentikan dari jabatan kesultanan Banten. termasuk Kiyai Ngabehi Cakradan di berhentikan dari jabatannya sebagai syahbandar dan di gantikan oleh Kiyai Arya Mangunsedana yang juga merupakan keturunan China.

Setelah tidak menjabat sebagai syahbandar Kesultanan Banten Cakradana pada tahun 1684 terlihat melakukan perniagaan dengan negara- negara eropa atas nama pribadi dengan skala yang lebih kecil, kemudian Cakradana menjadi syahbandar cirebon dan meninggal di Cirebon, atas keinginannya jenazah Cakradana di bawa ke Batavia untuk di kebumikan

yang tersisa sekarang dari Cakradana adalah bangunan pintu kecil berkubah yang menghadap ke laut pada bangunan benteng Speelwijk, adalah sedikit karya Cakradana yang masih tersisa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline