Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Said Widodo

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Belajar Sejarah dari Sumber Arsip Peta Kuno

Diperbarui: 30 Oktober 2022   17:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peta Insulae Javae Pars Occidentalis Edente Hadriano Relando, 1753, Gerard van Keulen (1678-1726).

Pendahuluan

Pada saat aku melakukan penelitian dan penulisan Sejarah Purwakarta yang dimulai sejak tanggal 01 September 2001 hingga detik ini, pilihanku pertama adalah menelusuri dan meneliti koleksi arsip di Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta Selatan. Selain daripada itu aku juga menelusuri dan meneliti koleksi manuskrip di Perpusatakan Nasional Republik Indonesia, Jakarta Pusat. 

Yang menarik adalah, bahwa di Arsip Nasional aku banyak menemukan sumber-sumber primer berupa arsip dan sumber-sumber sekunder berupa dokumen tercetak yang sejaman, sementara di Perpustakaan Nasional aku banyak menemukan sumber-sumber primer berupa manuskrip dan sumber-sumber sekunder berupa dokumen tercetak serta sumber-sumber tersier, yaitu suatu kumpulan dan kompilasi sumber primer dan sumber sekunder. 

Contoh sumber tersier adalah bibliografi, katalog perpustakaan, direktori dan daftar bacaan. Ensiklopedia dan buku teks adalah contoh bahan yang mencakup baik sumber sekunder maupun tersier, menyajikan pada satu sisi komentar dan analisis dan pada sisi lain mencoba menyediakan rangkuman bahan yang tersedia untuk suatu topik. Sebagai contoh, artikel yang panjang di Encyclopædia Britannica jelas merupakan bentuk bahan analisis yang merupakan karakteristik sumber sekunder. Di samping itu, mereka juga berupaya menyediakan pembahasan komprehensif yang menyangkut sumber tersier. 

Sedangkan di Perpustakaan Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah), aku menemukan juga bermacam-macam buku bacaan yang berbahasa Inggris, Belanda, Perancis, Jerman, Portugis, Spanyol, Indonesia dan Jawa. Tentu saja yang paling mendasar adalah sumber primer, baik berupa arsip dan manuskrip. Dan penelitian ini sangat menarik sehingga membutuhkan perhatian, pengertian, pemahaman dan kemampuan yang tidak sedikit. 

Arsip

Menurut Arsip Nasional Republik Indonesia, arsip dalam bentuk kertas yang tercipta oleh VOC (1602-1799) dan terkait dengan kegiatan operasionalnya di perairan Asia, kini tersimpan di badan-badan arsip nasional Indonesia, Negeri Belanda, Sri Lanka, Afrika Selatan dan India. Khusus arsip yang tersimpan di Jakarta terdiri dari ribuan dokumen yang berasal dari orang-orang Asia, termasuk banyak penguasa setempat dari seantero kepulauan Indonesia. Koleksi paling banyak berjumlah sepanjang 2.000 meter dan disimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Pada tanggal 9 Maret 2004, arsip VOC dimasukkan oleh UNESCO dalam Memory of the World Register.

Arsip asli dalam bentuk kertas dari abad ketujuhbelas dan kesembilanbelas telah lama rusak dan masih terus digerogoti tinta, gerusan kadar asam, pengubahan warna kertas menjadi cokelat serta tulisan memudar. Salah satu bagian dari arsip itu adalah arsip peta yang jumlahnya cukup fantastis. Oleh karena itu kesemuanya memerlukan perhatian dari para arsiparis melalui kegiatan preservasi dan lain-lain untuk menjaga dan memelihara kelestariannya.

Peta

Menurut Wikipedia, peta adalah gambaran permukaan bumi yang ditampilkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja. Namun secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline